Advertisement

Menjadi Tuan Rumah GPDRR 2022, Ini Posisi Strategis Indonesia di Mata Dunia

Arief Junianto
Senin, 18 April 2022 - 14:57 WIB
Arief Junianto
Menjadi Tuan Rumah GPDRR 2022, Ini Posisi Strategis Indonesia di Mata Dunia Indonesia menjadi tuan rumah gelaran GPDRR tahun ini. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Indonesia menjadi tuan rumah gelaran Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) VII tahun ini. 

Forum multi-pemangku kepentingan dua tahunan yang diinisasi oleh PBB untuk meninjau kemajuan, berbagi pengetahuan dan mendiskusikan perkembangan penanggulangan risiko bencana tersebut rencananya digelar pertengahan tahun ini di Bali.

Advertisement

Sejauh ini, Indonesia selalu berperan secara aktif dalam konferensi kebencanaan internasional sejak 2009. Secara garis besar, nilai strategis dari perhelatan multinasional GPDRR adalah untuk meningkatkan public awareness mengenai pentingnya pengurangan risiko bencana.

BACA JUGA: Ini 4 Modus Korupsi Paling Populer Tahun 2021 di Indonesia

Sejatinya, tidak ada satu pun negara yang dapat menghadapi sendiri dampak dari bencana. Itulah sebabnya, kerja sama internasional berperan penting dalam upaya pengurangan risiko dan penanggulangan bencana baik di tingkat global, regional, nasional, dan lokal.

Pada perhelatan GPDRR 2019 lalu, Indonesia memaparkan kepada dunia tentang tantangan dan risiko bencana tersebut lah yang telah membentuk kebijakan Indonesia di bidang kebencanaan yang inklusif, berperspektif pembangunan, dan ditempatkan sebagai investasi.

“GPDRR harus menghasilkan sebuah panduan pelaksanaan terhadap pengurangan risiko bencana, karena itu sangat penting bagi Indonesia. Apalagi kita berada di ring of fire, lebih rentan terhadap bencana seperti gunung meletus dan gempa bumi” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wiryanta melalui rilis yang diterima Harianjogja.com, Senin (18/4/2022). 

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Suharyanto mengatakan sebagai negara kepulauan dan terletak di cincin api (ring of fire), risiko bencana di Indonesia terbilang lebih tinggi. Itulah sebabnya, hal penting yang harus dilakukan adalah terus menginvestasikan potensi kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.

Guna menyukseskan GPDRR 2022, BNPB bersama kementerian dan lembaga terkait terus berkoordinasi. Antisipasi potensi penularan Covid-19 selama kegiatan menjadi perhatian utama.

BACA JUGA: Sejumlah Jenis Pekerja Ini Tak Berhak Dapat THR

Beberapa aturan pencegahan penularan Covid-19 akan diterapkan seperti mewajibkan seluruh peserta membawa surat keterangan negatif tes Covid-19  dan melakukan check-in pada aplikasi Pedulilindungi setiap kali memasuki tempat penyelenggaraan acara. Selain itu, penyelenggaraan GPDRR 2022 juga dipastikan akan ramah disabilitas.

DIkatakan Wiryanta, GPDRR 2022 tidak hanya bermanfaat bagi hubungan Indonesia di komunitas internasional, secara nasional perhelatan ini juga memiliki manfaat strategis. Salah satunya yaitu secara langsung mendukung pertumbuhan sektor ekonomi dan pariwisata nasional, terutama Bali pasca resesi akibat pandemi. 

Selain pembahasan strategis tentang mitigas bencana alam, forum GPDRR juga diharapkan menjadi kesempatan untuk mencari solusi bersama dalam penanganan bencana nonalam, khususnya pandemi Covid-19.

Indonesia sebagai penyelenggara berkoordinasi dengan PBB untuk membahas studi kasus negara mana yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan langkah-langkah penanganan yang telah dilakukan, sehingga memberikan suatu keberhasilan dalam mengendalikan wabah Covid-19.

Pembahasan di dalam forum GPDRR, kata Wiryanta, dibagi dalam empat klaster. Klaster pertama adalah ancaman bencana alam klaster geologi dan vulkanologi. "Gempa bumi dan gunung berapi itu masuk dalam klaster yang dikategorikan klaster pertama," kata dia.

Klaster kedua adalah klaster ancaman hidrometeorologi kering, yaitu kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan; klaster ketiga adalah klaster ancaman hidrometeorologi basah, yaitu banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, dan abrasi pantai; dan klaster yang terakhir adalah ancaman bencana nonalam, seperti pandemi Covid-19.

Terkait dengan bencana nonalam, Koordinator Komunikasi Kesehatan Direktorat Infokom PMK, Maroli J Indarto menjelaskan Indonesia harus mengambil peran terdepan isu mitigasi bencana nonalam. Hal ini lantaran kondisi demografis dan geografis yang dimiliki Indonesia, kolaborasi yang bersifat global akan sangat membantu Indonesia dalam memitigasi bencana nonpandemi.

“Indonesia harus mengambil inisisatif ini. Karena jika kolaborasi global terbentuk dan berjalan dengan baik, manfaatnya akan dirasakan oleh Indonesia dalam menghadapi bencana non pandemi di kemudian hari," ucap Maroli. 

Masyarakat, kata dia, harus memahami potensi bencanan nonalam. Masyarakat juga harus diedukasi soal mitigasi bencana nonalam seperti pandemi Covid-19 ini yang bisa muncul di kemudian hari.

“Kita harus bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan bencana non alam lainnya seperti pandemi covid-19 ini. Itu adalah keniscayaan, masyarakat harus memiliki kemampuan bencana alam dan non alam, itu harus”, kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement