Advertisement
Wali Kota Solo Sebut Zona Hitam untuk Kewaspadaan
Ilustrasi. - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO--Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo sempat menyebut Solo layak disebut zona hitam risiko Covid-19. Hal itu agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan alias sebagai shock therapy.
Peningkatan kewaspadaan dan tidak abai menjalankan protokol kesehatan sangat penting mengingat adanya ledakan jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 18 orang dalam sehari, Minggu (12/7/2020) lalu.
Advertisement
BACA JUGA : Solo Disebut Zona Hitam Covid-19, Ini Respons Ganjar
"Sekda [Ahyani] buat statement zona hitam dan merah, Mojosongo dan Jebres, lalu Solo zona hitam. Orang menilai KLB sik dewe malah zona hitam ki piye, kan gitu," kata Rudy dalam wawancara dengan wartawan Senin (13/7/2020).
Rudy mengatakan risiko penularan Covid-19 Kota Solo sebenarnya masih jauh dari zona merah apalagi hitam. Dia kemudian menjelaskan indikator zona merah, yakni minimal 1 persen dari jumlah penduduk kena virus corona.
"Mojosongo itu penduduknya hampir 70.000 jiwa, yang kena lima, jauh kalau dikatakan merah atau hitam," ujar Rudy.
Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan sebutan zona hitam Covid-19 layak diberikan untuk Solo. Tambahan kasus yang semula selalu satu digit pada Minggu (12/7/2020) melonjak hingga 18 kasus.
BACA JUGA : 4 Kecamatan dan 6 Desa di Sleman Masih Masuk Zona
“Layak lah kalau disebut zona hitam, hla wong kasusnya yang semula tambahnya satu, dua, tiga, empat, langsung 18. Termasuk kasus di Pasar Harjodaksino, meski warga Sukoharjo, tapi dia pedagang di sana, meninggal dunia karena Covid-19. Sebut saja begitu, zona hitam, biar masyarakat lebih waspada,” kata dia kepada wartawan, Senin (13/7/2020).
Risiko Sedang
Sementara itu berdasarkan pengamatan JIBI/Solopos di website covid19.go.id, Kota Solo masih masuk kategori zona oranye. Artinya masih risiko sedang. Berdasarkan data di surakarta.go.id, jumlah kasus positif Covid-19 Kota Solo yang masih zona oranye hingga Selasa (14/7/2020) telah mencapai 71 orang. Perinciannya, 28 dirawat inap, 38 pasien sembuh, dan lima orang meninggal dunia.
Jumlah pasien dalam pengawasan atau PDP baru pada Selasa bertambah tujuh orang sehingga kumulatifnya menjadi 299 orang. Sebanyak 14 di antaranya menjalani perawatan, 247 sembuh, dan 38 meninggal dunia.
Sedangkan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) ada 665 orang dengan perinciannya 659 selesai pemantauan dan enam orang dalam pemantauan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
- PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan, Palestina Angkat Bicara
- Langgar VoA, Imigrasi Bali Deportasi Bintang Porno Asal Inggris
- Banjir Besar Menerjang AS dan Kanada, Puluhan Ribu Mengungsi
Advertisement
Solidaritas Bencana Sumatra, DPRD DIY Dorong Perayaan Nataru Sederhana
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dua Bibit Siklon Muncul di Samudra Hindia, BNPB: Waspada Cuaca Ekstrem
- HIPMI Syariah dan BWI DIY Jajaki Kolaborasi Wakaf Produktif
- Rayakan HUT ke-1, TWB Dorong EBT dan Ekonomi Warga Borobudur
- PHRI Gerah, Akomodasi Ilegal Serap Hingga 30 Persen Pasar Hotel di DIY
- Harga Pangan Nasional: Cabai dan Telur Masih Tinggi
- SEA Games 2025: Indonesia Berpeluang Tambah Emas di Cabor-Cabor Ini
- BMKG Pastikan Gempa Hokkaido Jepang Tidak Picu Tsunami ke Indonesia
Advertisement
Advertisement




