Advertisement
Respons PM Malaysia Anwar Ibrahim yang Dituntut Ribuan Orang untuk Mundur dari Jabatan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim memberikan respons terhadap puluhan ribu masyarakat yang menuntutnya mundur dari jabatan.
BACA JUGA: Anwar Ibrahim Dituntut Mundur dari Jabatan
Advertisement
Ia mengatakan, dirinya tidak diundang saat demo berlangsung. Hal tersebut dikatakannya setelah menyampaikan pidato penutupnya di Kompetisi Debat Piala Perdana Menteri ke-50 di Putrajaya.
"Saya tidak diundang," katanya kepada wartawan ketika ditanya tentang aksi unjuk rasa tersebut, dikutip dari The Star, Minggu (27/7).
Ribuan demonstran berkumpul di dekat Kompleks Sogo dan Pertama di Kuala Lumpur siang ini untuk aksi protes "Turun Anwar".
Masyarakat berkumpul mengenakan kaus hitam dan bandana bertuliskan slogan "Turun Anwar", atau "Mundur Anwar"—berbaris di jantung kota Kuala Lumpur, sebelum berkumpul di Lapangan Kemerdekaan untuk mendengarkan pidato para pemimpin oposisi terkemuka.
Polisi memperkirakan setidaknya 18.000 orang hadir. Masyarakat memprotes soal kenaikan biaya hidup hingga kurangnya reformasi yang terasa di balik pemerintahan Anwar Ibrahim.
Mereka juga menuntut soal janji-janji politik yang tak ditepati dan sejumlah kontroversi dalam pemerintahannya.
Adapun sebelumnya saat menyampaikan pidato pada Upacara Peletakan Batu Pertama Kompleks Sipil Teluk Kumbar pada Sabtu (19/7) lalu, Anwar dengan tegas mengaku tak akan mundur.
"Saya tidak akan mundur, saya tidak mencuri uang rakyat," kata Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim saat menanggapi seruan oposisi untuk pergantian kepemimpinan negara, dikutip dari The Star.
Anwar menegaskan bahwa ia hanya menjalankan tanggung jawabnya sebagai Perdana Menteri.
"Ketika seseorang berkuasa, ia harus dapat dipercaya. Jika saya melanjutkan cara lama, berapa lama lagi negara ini akan maju dan bebas korupsi? Itulah sebabnya kami mengubah kebijakan. Semuanya harus melalui proses tender," kata Anwar.
Ia pun mengatakan bersedia mundur apabila ia memang terbukti bersalah karena mencuri uang rakyat atau korupsi.
"Jika saya mencuri, Anda bisa menyuruh saya mundur. Tapi ini, saya tidak mencuri uang rakyat," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa setiap pergantian kepemimpinan nasional harus dilakukan secara tertib dan melalui jalur hukum Parlemen.
PM Malaysia Anwar Ibrahim telah menghadapi kritik atas langkah-langkah yang bertujuan meningkatkan pendapatan pemerintah, termasuk perluasan pajak penjualan dan jasa serta penyesuaian subsidi yang dikhawatirkan beberapa pihak dapat menyebabkan lonjakan harga konsumen.
Perdana Menteri minggu ini mengumumkan pemberian bantuan tunai, peningkatan bantuan untuk rumah tangga miskin, dan janji untuk menurunkan harga bahan bakar, dalam upaya meredakan kekhawatiran atas kenaikan biaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Akan Perketat Aturan Tes Kewarganegaraan AS
- Respons PM Malaysia Anwar Ibrahim yang Dituntut Ribuan Orang untuk Mundur dari Jabatan
- Kunjungan Trump ke Skotlandia Disambut Demo Ratusan Orang
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid di Malaysia, Diduga Sudah Nikahi Kerabat Sultan
- Pesawat American Airlines Jurusan Denver-Miami Terbakar Saat Lepas Landas
Advertisement

DPRD DIY Sebut Penataan Tanah Kas Desa Harus Melibatkan Aparat Penegak Hukum
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Presiden Prabowo Belum Tandatangani Keppres Pemindahan Ibu Kota Negara ke Nusantara, Ini Penjelasan Istana
- 5 Tentara dan 8 Warga Sipil Kamboja Tewas dalam Konflik dengan Thailand
- Menteri Pigai: Pertukaran Data dengan AS Tak Melanggar HAM
- Presiden Prabowo Diskusi 5 Jam dengan Akademisi dan Peneliti Muda di Hambalang
- Super Air Jet Gagal Mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi Akibat Hujan Lebat
- UNRWA: Kelaparan Massal di Gaza Sengaja dan Terencana
- Thailand Evakuasi 60 Ribu Warganya Saat Bentrok di Perbatasan Kamboja
Advertisement
Advertisement