Advertisement
Parpol Sibuk Berkoalisi, Pengamat: Rentan Pecah Menjelang Pemilu 2024

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Meski Koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangka (PKB) kian membuka peluang pasangan calon presiden (capres) menjadi tiga sampai empat, namun sebelum ada capres yang terdaftar secara resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU), dinamika politik masih akan tinggi menjelang Pemilu 2024.
Demikian dikemukakan sejumlah pengamat politik terkait bertambahnya koalisi parpol setelah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terbentuk.
Advertisement
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengungkap, koalisi partai yang telah terbentuk akan terus dinamis sejauh belum ada calon presiden (capres) yang definitif.
Menurutnya, berbagai kemungkinan bisa terjadi sebelum para capres terdaftar secara resmi di KPU, sehingga koalisi partai bisa saja berubah.
"Sepanjang belum ada tokoh yang terdaftar di KPU sebagai peserta Pilpres 2024, maka sepanjang itu juga dinamika koalisi masih belum stabil," ujarnya.
BACA JUGA: Update! Ini Perkembangan Pemberian Sanksi Terkait Kasus SMAN 1 Banguntapan
Menurut Dedi, KIB menjadi koalisi partai yang paling berisiko mengalami perpecahan. Penilaian itu didasarkan pada belum adanya tokoh potensial dari internal.
"KIB menjadi koalisi yang paling rentan terpecah, hal ini kaitannya dengan belum adanya tokoh potensial terusung, berbeda dengan PDIP yang telah menyiapkan Puan Maharani, atau Gerindra dengan Prabowo," tambahnya.
Akan tetapi setidaknya, pembentukan koalisi tersebut akan memastikan ada 3-4 calon dalam pemilu mendatang setelah Partai Golkar, PPP, dan PAN membentuk KIB dan koalisi Gerindra-PKB yang sudah menandatangani piagam deklarasi kerja sama.
Sedangkan pengamat politik Danis Wahidin mengatakan koalisi tidak bisa disebut permanen karena politik adalah the art of possibility, politik kemungkinan sehingga perubahan bisa sampai detik terakhir. Namun, dia mengakui keberadaan koalisi politik sangat penting dalam iklim demokrasi.
“Koalisi partai politik adalah hal yang harus dilakukan untuk membangun kebersamaan politik,” kata Danis.
Dia mengatakan, umumnya model koalisi yang dibangun bersifat nasionalis-religius. Dengan demikian, dari koalisi yang ada saat ini, akan ada tiga sampai empat pasangan capres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kepala Desa di Garut Gondol Dana Desa Rp700 Juta, Langsung Ditahan Kejaksaan
- Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook, Perwakilan google Penuhi Panggilan Penyidik Kejagung
- Polisi tangkap Seorang Artis Sinetron Terkait Kasus Pemerasan
- Gunung Semeru Kembali Meletus, Tinggi Letusan 1 Kilometer
- Pembubaran Kegiatan Ibadah dan Perusakan Rumah Retret di Sukabumi, Kemenag Siapkan Regulasi Rumah Doa
Advertisement

Mahasiswa Meninggal karena Kecelakaan Laut, UGM Kirim Psikolog ke Lokasi KKN di Maluku Tenggara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Buntut Putusan MK Soal Pemilu dan Pilkada, DPR Bantah Ada Perdebatan
- Serapan Anggaran Makan Bergizi Gratis Hanya 7 Persen, Ini Alasan Badan Gizi Nasional
- Pemerintah Akan Gunakan Teknologi AI untuk Pemetaan Potensi Siswa Sekolah Rakyat
- Lawatan Presiden Prabowo ke Arab Saudi untuk Bahas Kampung Haji hingga Konflik Timur Tengah
- Iran Isyaratkan Bersedia Negosiasi Nuklir Jika AS Tidak Lagi Menyerang
- Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Kepulauan Tokara Jepang
- Bahas Isu Jual-Beli Pulau Bersama Komisi II DPR RI, Menteri ATR/Kepala BPN Tegaskan Tanah di Indonesia Tidak Bisa Dimiliki Asing
Advertisement
Advertisement