Advertisement
MUBENG TIDAR: Penguatan UMKM Sebagai Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Advertisement
Harianjogja.com. MAGELANG- Perekonomian di Kota Magelang, Jawa Tengah mengalami kontraksi akibat adanya pandemi Covid-19. Seiring dengan menurunnya level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari awal level III hingga saat ini menjadi level I, aktivitas ekonomi mulai menggeliat.
Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz mengungkapkan geliat ekonomi Kota Magelang di tengah Pandemi Covid-19 ini salah satunya ditandai dengan aktivitas perdagangan yang mulai buka serta pariwisata membludag di akhir pekan. "Mudah-mudahan geliat ekonomi ini bisa bertahan terus sampai kuartal berikutnya," katanya, baru-baru ini.
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Pemkot Magelang, lanjutnya, memberikan bantuan stimulan yang bekerjasama dengan Baznas, TNI dan Polri untuk menggerakkan ekonomi masyarakat. Adapun pada UMKM, Pemerintah Kota Magelang memberikan pelatihan, pameran di tempat-tempat yang ramai serta memperbaiki peralatan yang diperlukan untuk mendukung usaha mereka.
BACA JUGA : Korban Tewas Diracun Dukun di Magelang Jadi 4 Orang
Kabid Ekonomi dan Prasarana Wilayah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Magelang, Iwan Triteny S menjelaskan ekonomi Kota Magelang yang pada kurun waktu 2016 sampai 2019 mengalami peningkatan di kisaran 5,2% hingga 5,4%, pada 2020 mengalami penurunan hingga -2,45%. "Angka ini hampir sama dengan angka di Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Jadi pergerakan ekonomi Kota Magelang sejalan seperti kondisi nasional," kata Iwan.
Jika dilihat dari pertumbuhan lapangan usaha pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor yang mengalami kontraksi terbesar adalah transportasi dan pergudangan dengan penurunan hingga 27,68%. Di sisi lain, ada sektor yang meningkat pesat yakni informasi dan komunikasi yang peningkatannya mencapai 17,32%. "Kontribusi sektor informasi dan komunikasi terhadap PDRB kecil, hanya 6,29% tetapi di masa pandemi tumbuh paling tinggi. Penyebabnya adalah banyak aktivitas masyarakat beralih ke digital," paparnya.
Meski pertumbuhannya paling tinggi, Pemerintah Kota Magelang tidak memfokuskan pada pengembangan sektor usaha tersebut. Penyebabnya, pelaku usaha di bidang informasi dan komunikasi merupakan perusahaan besar yang berpusat di ibu kota.
Pemerintah Kota Magelang, katanya, memfokuskan pada penguatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang banyak dijalankan oleh masyarakat Kota Magelang. Iwan menyebutkan jumlah UMKM di Kota Magelang yang di tahun 2019 sebanyak 6.600 unit, di tahun berikutnya saat terjadi pandemi Covid-19, meningkat pesat menjadi 8.663 unit. Tahun-tahun sebelumnya, peningkatan hanya di kisaran 500 unit.
Sejumlah upaya untuk meningkatkan kapasitas usaha UMKM dilakukan seperti penciptaan 1.500 wirausaha baru dan Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia (Rodanya Mas Bagia) yang mendorong partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan di tingkat kelurahan yang berbasis di wilayah Rukun Tetangga (RT). Program dari Wali Kota baru ini memberikan Rp30 juta untuk setiap RT per tahun.
BACA JUGA : Identitas Mayat di SPBU Salam Terungkap Melalui Sidik Jari
“Saat ini ekonomi Kota Magelang mulai menggeliat. Pasar mulai ramai, tempat-tempat umum mulai ramai. Kami yakin pertumbuhan ekonomi akan bergerak positif. Kuncinya adalah pengendalian Covid-19. Semakin cepat kita bisa mengendalikan Covid maka semakin cepat untuk segera pulih," katanya.
Pemilik usaha batik khas Kota Magelang, Iwing Setyowati mengatakan usahanya sempat berhenti berproduksi selama 1,5 bulan di awal Covid-19, pada Maret 2020. Namun, pada Mei 2020, pesanan batik mulai datang lagi dan usahanya segera pulih. “Saat ini sudah berjalan seperti biasa,” katanya.
Iwing yang merupakan warga Wates, Magelang Utara ini menjalankan usaha batik dengan motif khas Kota Magelang seperti water torn, Diponegoro, Kebonpolo, Cempaka, Kantil, Gelatik dan lainnya. Usaha yang dirintisnya sejak 2013 ini menerima pesanan rata-rata 300 lembar kain batik, dengan harga per lembar Rp150.000 hingga jutaan rupiah.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Polres Magelang Kota Amankan 100 Kilogram Bahan Mercon, 1 Pelaku Ditangkap
- 11,39 Juta Wajib Pajak Telah Lapor SPT Tahunan
- Alasan Kejagung Tuntut Teddy Minahasa Hukuman Mati
- KPK Duga Rafael Alun Trisambodo Terima Gratifikasi Dalam Bentuk Uang
- Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, PDIP Klaim Tidak Ada Beda Sikap dengan Jokowi
Advertisement

Viral! Buaya 1,5 Meter Muncul di Kali Oya Gunungkidul
Advertisement

Ini Wisata Air di Wilayah Terpencil Gunungkidul yang Menarik Dikunjungi
Advertisement
Berita Populer
- KPK Temukan Uang dan Puluhan Tas Mewah di Rumah Rafael, Ada Hermes
- Awas! Jogja dan Sejumlah Wilayah di Indonesia Berpotensi Hujan Lebat Sabtu Ini
- Beda Sikap Piala Dunia U-20, Rudy Sebut Gibran Belum Paham Konstitusi: Belum Lahir Soale
- 3 Tahun Tinggal di Tenda, Bocah Ini Pecahkan Rekor Usai Kumpulkan Donasi Rp13 Miliar
- Ditetapkan Tersangka Gratifikasi, KPK Segera Tahan Rafael Alun
- Bakal Dibagi 3 Kelas, Berapa Tarif Kereta Cepat Jakarta Bandung?
- Klarifikasi Kekayaan 3 Pejabat Ini Bakal Naik ke Tahap Selanjutnya, Susul Rafael Alun?
Advertisement
Advertisement