Advertisement
Cegah Penularan Covid-19, Selter Pengungsi Bencana Didesain Jaga Jarak
Narasumber webinar bertajuk Creating Earthquake Resilience Communities. - Ist/UII.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perencanaan mitigasi bencana di tengah pandemi Covid-19 jangan sampai terabaikan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang bisa datang secara tiba-tiba. Potensi bencana wilayah DIY mulai dari gempa, banjir, longsor hingga erupsi Merapi harus diantisipasi bersamaan dengan penanganan Covid-19.
Materi ini dibahas dalam webinar bertajuk Creating Earthquake Resilience Communities yang digelar Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana (SPMKB) dan Direktorat Simpul Tumbuh UII pada Senin (28/6/2021). Diskusi ini menghadirkan pakar bencana baik skala nasional maupun internasional serta anggota Forum Perguruan Tinggi dalam Pengurangan Risiko Bencana.
Advertisement
BACA JUGA : Pemuda Harus Dilibatkan dalam Mitigasi Bencana
Direktur Simpul Tumbuh UII Arif Wismadi selaku narasumber menilai pentingnya perencanaan mitigasi bencana sejalan dengan pencegahan penularan Covid-19. Salah satunya fasilitas selter bagi para pengungsi bencana yang menjadi faktor penting dalam kedaruratan. Desain selter pengungsi pun harus memperhatikan jaga jarak.
“Selter pengungsi bencana di masa pandemi Covid-19 wajib mengutamakan physcal distancing sehingga tidak memunculkan klaster pengungsian. Selama ini, selter pengungsian korban bencana identik dengan tempat sempit, pengungsi banyak jumlahnya,” katanya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com.
Wismadi menegaskan selter tetap harus dipersiapkan agar bisa dimanfaatkan setiap saat, terutama ketika terjadi bencana. Selain itu desain selter sebaiknya fleksibel dan bisa dipakai dan dipersiapkan dalam waktu singkat. Serta fleksibel dimanfaatkan dalam satu keluarga maupun pengungsi tunggal.
“Di masa pandemi Covid-19, selter harus dimodifikasi agar tetap terjaga physical distancing. Fleksibel untuk satu unit keluarga, tetapi juga cocok untuk penghuni tunggal. Privasi yang memadai perlu diciptakan juga,” katanya.
BACA JUGA : Pendidikan Jadi Kunci Atasi Bencana
Ketua SPMKB UII Dwi Handayani menyatakan kehadiran institusinya di tengah masyarakat diharapkan dapat meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Ia terus berupaya untuk memberikan masukan dan pelatihan baik kepada dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa agar memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana.
“Kami fokus pada disaster awareness melalui pelatihan dan penelitian, pemberdayaan masyarakat bertema Merapi, hal ini karena posisi kampus yang paling dekat dengan Gunung Merapi,” ujar Dwi.
Saat ini ada 27 Tempat Evakuasi Akhir (TEA) telah disiapkan untuk melayani pengungsi dari 19 desa Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi III. Namun tak dipungkiri banyak yang telah rusak karena tidak ditempati untuk waktu yang lama.
“Sebenarnya ketangguhan bencana masyarakat dengan konsep Sister Village sudah bagus. Saat ini, ada lebih dari 42 Sister Village di daerah rawan bencana Merapi,” kata Arif Wismadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
- 46.207 Penumpang Tinggalkan Jakarta dengan Kereta Api Hari Ini
- Ratusan Warga Terdampak Banjir Bandang Kalimantan Selatan
- Kunjungan ke IKN Tembus 36.700 Orang saat Libur Natal 2025
- Kim Jong Un Dorong Produksi Rudal dan Amunisi Korut Diperkuat
Advertisement
Advertisement
Inggris Terbitkan Travel Warning Terbaru, Indonesia Masuk Daftar
Advertisement
Berita Populer
- Monas Ramai Dikunjungi 130 Ribu Wisatawan Saat Libur Natal 2025
- Trump Klaim AS Gantikan PBB Selesaikan Konflik Thailand-Kamboja
- Harga Cabai Rawit Merah Rp45.000, Telur Rp29.000 per Kg
- WNA Spanyol Korban Kapal Tenggelam di Labuan Bajo Ditemukan
- Pastikan Kelistrikan Andal, Dirut PLN Tinjau Gereja Katedral Semarang
- Tergelak hingga Merenung Saat Menyaksikan Film Suka Duka Tawa
- Meski Libur, Warga Bisa Dapatkan Layanan Pertanahan Seluruh Indonesia
Advertisement
Advertisement




