Advertisement
Mutan Virus Corona Inggris Lebih Cepat Menular
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Dokter Relawan Covid-19 Muhammad Fajri Adda memastikan mutasi baru virus Corona B117 asal Inggris yang kini ditemukan di Indonesia bersifat lebih cepat menular.
Temuan ini berdasarkan penelitian di Inggris yang berhasil mengurutkan genom atau infromasi genetik virus Corona di wilayahnya.
Advertisement
"Ketika dibandingkan (dengan varian yang lama) itu lebih cepat, 50-70 persen lebih cepat menular," ujar Fajri dalam video singkat di akun Instagram pribadinya, dikutip JIBI, Rabu (3/3/2021).
Dampaknya ketika virus cepat menular, angka orang yang terinfeksi berat juga akan meningkat dan tentu rumah sakit lagi-lagi penuh.
"Walaupun belum terbukti, analisis peneliti di Inggris ada korelasi. Dihubungkan peningkatan kejadian reinfeksi dengan angka mutasi pada daerah tersebut itu 0,3-0,5%. Tetap butuh data lebih lanjut," tuturnya.
Fajri menjelaskan dari mutasi varian Inggris ada 23 kode genetik yang berubah. Begitu pula dengan protein spike (yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap pada permukaan). Kata dia dalam mutasi ini 8 protein spike berubah dari virus Covid-19 terdahulu.
"Tanduk (spike) digunakan virus untuk masuk ke dalam sel. Ketika berubah, nanti antibodi akan kena di sini (tidak bisa mengenali). Dia lebih efisien masuk lebih cepet, gampang," sebutnya.
Varian baru Covid-19 kata Fajri juga tidak bisa dideteksi melalui tes PCR. "PCR hanya melihat komponen bagian saja," tambahnya.
Dia menuturkan setidaknya materi genetik virus corona ini berubah 2 kali per bulan sejak ditemukan di Wuhan. Mutasi ini terjadi karena ketika penularan antar manusia semakin luas. Varian Covid-19 yang lama pun bisa saja tergantikan dengan varian baru ketika penularan semakin luas.
Lantas apakah lebih berbahaya atau mematikan? Fajri menyebut data dari Inggris belum bisa memberi kesimpulan. Sebab beberapa peneliti mengatakan ini bisa lebih mematikan dan orang yang terinfeksi bisa mengalami gejala lebih berat, sementara yang lainnya mengatakan tidak.
Sejauh ini gejala yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan varian yang lama. Gejalanya seperti batuk, nyeri tenggorokan, pegal, demam, nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, malas makan, nyeri sendi, hidung bermasalah, sakit kepala, diare, demam, dan delirium.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Wanita Berkebaya Gelar Aksi dengan Mata Tertutup di Tugu Jogja, Merespons Jelang Pembacaan Putusan MK
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Prabowo Minta Pendukungnya Tidak Melakukan Aksi di Gedung MK
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- Kejagung Telusuri Asal Usul Jet Pribadi Suami Sandra Dewi, Harvey Moeis
- Pembangunan Tol Palembang Betung Ditarget Selesai pada 2024
- Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi ke MK, Ini Imbauan Prabowo
- Palestina Kecam Veto AS Soal Keanggotaan Penuh di PBB
- Rudal Israel Dilaporkan Hantam Iran, Irak dan Suriah
Advertisement
Advertisement