Advertisement

Promo November

Agustus Mendatang, Lansia Ini akan Taklukan Jogja-Bandung dengan Berjalan Kaki

Abdul Hamied Razak
Minggu, 18 Juni 2023 - 23:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Agustus Mendatang, Lansia Ini akan Taklukan Jogja-Bandung dengan Berjalan Kaki Penyintas stroke asal Bekasi, Jawa Barat, Komaruddin (65), berpose dalam tayangan YouTube "Stroke Analysis". (ANTARA - Andi Firdaus)

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Seorang penyintas stroke, Komaruddin Rachmat dikabarkan sedang bersiap menuntaskan ambisinya berjalan kaki dari Jogja menuju Bandung. Perjalanan ratusan kilo meter akan dilalui oleh lansia berusia 69 tahun ini dengan misi mulia.

Pada 5-26 Agustus 2023, Komar berencana melakukan perjalanan jauh. Kali ini dari Titik 0 Jogja menuju Gedung Sate Bandung. Panjang 400 KM lebih jarak yang akan dia tempuh, dengan asumsi setiap hari melibas sekitar 20 KM perjalanan dalam waktu 20 hingga 21 hari.

Advertisement

Tekad bulat Komar itu bukan semata-mata ingin terkenal tetapi untuk menginspirasi bahwa penyintas stroke bisa kembali beraktivitas normal. Kuncinya terletak pada semangat juang tinggi. "Stroke harus dilawan, jangan memilih berakhir di kursi roda," katanya dikutip dari Antara, Minggu (18/6/2023).

BACA JUGA: Kenali 10 Tips Mencegah Risiko Stroke

September 2012 menjadi kenangan pahit yang tak akan dilupakan Komar. Kerusakan otak akibat gangguan suplai darah membuat separuh tubuhnya lumpuh. Semangat Komaruddin pun kian meredup. Apalagi sejak dua tahun sebelumnya ia sudah purnatugas sebagai pegawai di salah satu BUMD di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Selama enam bulan menjalani perawatan di RS Harum, Kalimalang, Jakarta Timur, dia dihadapkan pada dua pilihan yang harus diputuskan, menyerah di kursi roda, atau berjuang sekuat tenaga untuk terus bergerak, hingga kembali normal.

Komar memilih yang kedua. Setelah dinyatakan pulih dari stroke, ia pun rutin berjalan kaki sejauh 12 KM dari Stasiun Cikarang menuju ke kantor tempat dulu ia bekerja.

Hasil studi Jurnal Stroke pada 2013 melaporkan bahwa berjalan kaki secara rutin dapat meningkatkan kesehatan pasien stroke dari sisi fisik, pergerakan tubuh, maupun kualitas hidup.

Bagi Komar berjalan kaki adalah aktivitas yang menyenangkan sekaligus murah untuk kembali melatih otot-otot yang pernah kaku akibat stroke.

Bahkan, di usianya yang menginjak 65 tahun pada 25 Oktober 2019, Komar berhasil menunaikan nazar menyelesaikan etape Gedung Sate Bandung menuju Monas Jakarta dengan berjalan kaki selama lima hari.

BACA JUGA: Deteksi Dini Jadi Kunci Utama Cegah Stroke

Saat itu ia didampingi tiga orang anggota tim yang memonitor kesehatan berikut satu unit ambulans dari Cahaya Foundation. Tepat pada 29 Oktober 2019 di Hari Stroke se-Dunia, Komar tiba di Monas. Etape sejauh 153 KM itu ia selesaikan rata-rata 36--40 KM per hari.

Di usianya yang kini menginjak 69 tahun, Komar tampak masih bugar, usai menyelesaikan sesi latihan berjalan kaki sejauh 10 kilometer. Nyaris tak ada lagi tanda stroke di tubuhnya, kecuali jari manis dan kelingking di lengan kiri yang masih tertekuk kaku.

Jemari itu masih bisa bergerak untuk melepas jaket sauna yang membungkus tubuh Komar. Tapi untuk membuka kancing baju, masih dirasa sulit. Kali ini, tim pemandu dan ambulans sepenuhnya ditangani Cahaya Foundation, yang dengan sepenuh hati akan mendampingi perjalanannya sejak awal hingga selesai.

Berbekal momentum Kemerdekaan Indonesia di 17 Agustus, Komaruddin mengusung jargon "Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati" untuk menginspirasi banyak orang agar membiasakan hidup sehat.

Lantas, apa sebenarnya yang melecut semangat Komar selama ini mau menempuh perjalanan jauh?

Faktor Sejarah

Kisah pahit dan getir para anggota Divisi Siliwangi yang harus menempuh jarak 600 kilometer demi kembali ke kampung halaman pada Mei 1948, selalu terbayang di kepala Komar, hingga melecut semangatnya untuk berjalan kaki sejauh mungkin.

Runtuhnya Perjanjian Renville yang ditetapkan oleh Belanda-Indonesia mengharuskan para "Maung" kembali ke kampung halamannya, sesuai perintah Jenderal Soedirman, kala itu.

BACA JUGA: Peneliti: Orang Kidal Lebih Cepat Sembuh Jika Terserang Stroke

Perjalanan itu ditempuh dengan banyak pengorbanan. Bukan hanya kehilangan harta dan benda, darah dan air mata pun harus mereka relakan.

Sepanjang jarak 600 KM, para peserta long march harus berkawan akrab dengan kelaparan, penyakit, hingga serangan militer Belanda dan teror pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Bagi Komar, kisah jalan pulang serdadu Siliwangi adalah adegan seru yang setiap saat bisa ia putar di ingatan, manakala butuh semangat untuk bisa sampai ke tempat tujuan.


Kampanye di Youtube

Meski memilih tertutup tentang kehidupan keluarga, tapi ia sangat antusias menceritakan kegemarannya merekam berbagai hal yang dilihat dan diunggah ke dalam saluran YouTube.

Sejak merilis video pertamanya pada 7 Februari 2021, kini saluran bernama "Stroke Analysis" telah menggaet lebih dari 3.000 lebih pengikut lewat 113 karya yang ia buat dan unggah.

Didera pengalaman stroke, mengubah Komar sebagai penyintas yang melek pengetahuan seputar ilmu neurologi atau kelainan syaraf, hingga berbagai hal yang berhubungan dengan stroke.

Penghobi sop buntut dan lauk tunjang pada masakan Padang itu menyakini jika gangguan peredaran darah pada otak yang membuatnya lumpuh diakibatkan stres hingga asupan makanan tidak sehat.

Kemampuan dan konsistensinya itu pun mendulang pundi rupiah yang kini rutin diterima setiap bulan rata-rata Rp1,5 juta.

Lawatan ke sejumlah rumah sakit umum daerah (RSUD) di sepanjang jalan Jogja-Bandung direncanakan menjadi materi konten lanjutan yang akan tayang di channel-nya.

BACA JUGA: Bersama-sama, Komunitas Berusaha Tetap Kuat Dampingi Penderita Strok

Di sana, ia akan menjadi pembicara di hadapan para pasien stroke untuk menyampaikan kisah inspiratif seputar perjuangan untuk menjalani kehidupan setelah stroke.

Ada dua pesan yang dia sampaikan. Pertama, kepada mereka yang terkena stroke untuk jangan berputus asa, asal tahu cara dan disiplin hidup sehat.

Pesan kedua, disampaikan kepada pemerintah untuk lebih peduli masalah stroke sebagai penyakit katastropik yang mematikan. Pemerintah didorong untuk membuat peta jalan, jangan sampai pasien stroke tersesat pada tawaran pengobatan alternatif yang belum tentu tepat.

Sosok Komar menjadi secuplik kisah inspirasi bagi banyak pasien lumpuh yang kini memilih menyerah di kursi roda. Ikhtiar dan semangat juang yang kuat membuktikan bahwa vonis stroke bukanlah akhir dari segalanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA

Kulonprogo
| Jum'at, 22 November 2024, 13:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement