Advertisement
Setelah Serangkaian Konflik, Presiden Burkina Faso Dilaporkan Mengundurkan Diri

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kapten Ibrahim Traore, yang menyatakan diri sebagai pemimpin militer Negara Burkina Faso di Afrika Berat, telah menerima pengunduran diri Presiden Paul-Henri Damiba. Hal ini disampaikan sejumlah pemimpin agama dan masyarakat, Minggu (2/10).
Presiden Damiba, menurut para pemimpin tersebut, mundur dari jabatannya dalam upaya mencegah kekerasan berlanjut setelah kudeta terjadi pada Jumat (7/10). Traore mengatakan ketertiban sudah dipulihkan pasca serangkaian protes terhadap kedutaan besar Prancis, juga setelah pertempuran berlangsung berhari-hari ketika kelompoknya mengudeta pemerintah.
Advertisement
"Kami ingin menginformasikan kepada penduduk bahwa situasi sudah dikendalikan dan ketertiban sudah pulih," kata seorang perwira militer ketika menyampaikan pernyataan melalui televisi nasional, dikutip dari Antara, Senin (3/10/2022).
Traore, yang merupakan kapten Angkatan Darat, berdiri di samping perwira tersebut serta diapit oleh sejumlah tentara yang bersenjata dan mengenakan masker. Pernyataan lainnya menyebutkan bahwa Traore akan lanjut bertindak sebagai presiden sampai presiden peralihan dari kalangan sipil atau militer ditunjuk dalam pekan-pekan mendatang.
Militer mengumumkan bahwa wilayah perbatasan udara Burkina Faso sudah dibuka kembali. Pada Minggu, sebagian besar wilayah Ouagadougou berada dalam keadaan tenang.
Sebelumnya, berbagai titik di ibu kota Burkina Faso itu pada Sabtu (1/10) dilanda tembakan senjata api antarkelompok militer yang berlawanan. Militer negara itu terpecah. Banyak tentara tampaknya ingin mendapat dukungan dari Rusia ketika pengaruh kekuatan kolonial Prancis di Burkina Faso menyusut.
Kelompok Traore sebelumnya meminta massa untuk menghentikan serangan ke kedubes Prancis. Kedutaan itu dijadikan target protes setelah seorang perwira mengatakan bahwa Prancis menampung Damiba di sebuah markas militer Prancis di Burkina Faso.
Protes juga dilancarkan karena Damiba disebutkan sedang berencana melakukan serangan balasan. "Kami mengimbau Anda untuk melanjutkan berbagai kegiatan serta jangan sampai melakukan kekerasan dan vandalisme... terutama terhadap kedutaan Prancis dan markas militer Prancis," kata perwira militer itu, yang setia kepada Traore.
Damiba sendiri juga melakukan kudeta pada awal tahun ini --terhadap pemerintahan sipil, yang kehilangan dukungan terkait peningkatan kekerasan oleh kelompok garis keras.
Kegagalan Damiba untuk menghentikan rentetan serangan oleh kelompok-kelompok itu telah meningkatkan kemarahan di jajaran angkatan bersenjata Burkina Faso, negara yang pernah menjadi wilayah protektorat Prancis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Sejarah Hari Santri 22 Oktober dan Fatwa Resolusi Jihad Hasyim Asyari
- Trump Soroti Logam Tanah Jarang, Fentanyl, Kedelai, dan Taiwan
- Isi Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Satu Tahun Prabowo-Gibran
- Kemendagri Temukan Perbedaan Data Simpanan Pemda dan BI Rp18 Triliun
- Kejagung Serahkan Uang Rp13,2 Triliun Hasil Sitaan Kasus CPO ke Negara
Advertisement
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Middle-Class Squeeze dan Jalan Keluar untuk Membagi Beban
- Posbakum Gratis untuk Warga Tidak Mampu
- Terdakwa Kecelakaan yang Menewaskan Mahasiswa UGM Dituntut 2 Tahun
- Rumah hadiah Negara untuk Jokowi Masih Proses Pembangunan
- Belasan Juta Roko Ilegal di Boyolali Dimusnahkan
- Lawson Indonesia dan YKAKI Ajak Donasi Bantu Penyintas Kanker
- Dorong Talenta Digital Lokal, PwC Consulting Dibuka di GIK UGM
Advertisement
Advertisement