Advertisement
Kabar Baik! Pil Covid-19 Molnupiravir Lulus Uji Coba pada Manusia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Baru-baru ini, perusahaan farmasi Merck telah mengungkapkan data pertama dari uji coba besar Fase 3 pengobatan antivirus oral untuk COVID-19. Hasil sementara menunjukkan pengobatan mengurangi risiko rawat inap atau kematian seseorang akibat COVID-19 sebesar 50 persen ketika diambil dalam waktu lima hari setelah gejala muncul.
Obat COVID-19 oral Merck yang disebut molnupiravir, telah dikembangkan selama beberapa tahun sebelum pandemi sebagai agen antivirus yang menargetkan virus RNA, dengan fokus utama pada influenza.
Pada akhir 2019, melansir New Atlas, Senin (4/10/2021), obat itu siap untuk uji coba manusia, yang awalnya menargetkan influenza, tetapi ketika SARS-CoV-2 muncul, semua fokus penelitian bergeser ke apakah molnupiravir akan bekerja melawan virus corona. Pada Mei 2020, raksasa farmasi Merck masuk untuk mempercepat uji klinis dan pada Oktober Fase 2/3 besar dimulai, yang mencakup lebih dari 20 negara.
Uji coba ini dirancang untuk mengetahui apakah molnupiravir mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien dengan risiko tinggi COVID-19 parah. Pasien dalam uji coba diberi obat oral selama lima hari, dimulai dalam lima hari sejak gejala awalnya muncul.
Pada awal Agustus, dewan pemantau data independen menghentikan uji coba karena data positif. Pada saat uji coba dihentikan, 90 persen dari total 1.550 kohort yang dimaksud telah direkrut. Siaran pers terbaru dari Merck menawarkan data awal dari 775 pasien pertama yang direkrut dalam uji coba.
BACA JUGA: Hari Listrik Nasional ke-76, PLN Luncurkan Promo Super Dasyat Tambah Daya Hanya Rp202.100
Obat itu ditemukan mengurangi tingkat rawat inap atau kematian hingga 50 persen dibandingkan dengan plasebo. Hanya 28 dari 385 pasien yang memakai molnupiravir berakhir di rumah sakit karena COVID-19, dibandingkan dengan 53 dari 377 pasien dalam kelompok plasebo. Bahkan yang lebih signifikan, tidak ada pasien molnupiravir yang dirawat di rumah sakit meninggal, dibandingkan dengan delapan kematian pada kelompok plasebo.
Simon Clarke, ahli mikrobiologi seluler dari University of Reading, mengatakan hasil ini tampak sangat menjanjikan. Tetapi karena data uji coba lengkap belum dipublikasikan, tidak jelas apakah obat ini cocok untuk semua orang. Data sementara dari Merck menunjukkan tidak ada efek samping yang terdeteksi dalam kohort yang diuji coba, namun Clarke mengatakan masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana obat ini mempengaruhi orang yang berbeda.
Sementara itu, Robert Davis, CEO Merck, yakin hasil uji coba itu baik dan mengatakan perusahaan berencana untuk mengajukan izin penggunaan darurat ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) segera.
Saat ini diperkirakan penggunaan lima hari molnupiravir akan menelan biaya sekitar US$700 (sekitar Rp9 juta). Merck mengatakan akan menerapkan kebijakan harga berjenjang untuk memastikan obat tersebut dapat diakses oleh negara-negara berpenghasilan rendah.
Peter English, mantan ketua Komite Pengobatan Kesehatan Masyarakat Asosiasi Medis Inggris, mengatakan agar obat seperti molnupiravir bermanfaat, obat itu harus murah dan, karena obat ini hanya membantu jika diberikan segera setelah infeksi awal, harus ada strategi pengujian yang baik untuk menangkap kasus secepat mungkin.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC Indra Utoyo Dipanggil KPK
- Menkop Nyatakan Satu Kopdes Merah Putih Bisa Gerakkan 15 Orang
- Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
- Cak Imin Ingin Rp200 Triliun Bisa Dinikmati UMKM
- Aturan dan Petunjuk Teknis Pelantikan PPPK Paruh Waktu
Advertisement

Dinkes Gunungkidul Selidiki Dugaan Keracunan Menu MBG di Semin
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kemenag dan Kemenkes Perkuat Program Pesantren Sehat
- Malaysia Serukan Negara Dunia Akhiri Hubungan dengan Israel
- 100 Ribu WNI di AS Belum Lapor ke Kedutaan
- Mahmoud Abbas Desak Internasional Bertanggungjawab Atas Kejahatan Israel
- Merespons Ancaman Tarif Trump, China: Ini Pemaksaan Ekonomi
- BNPB Ingatkan Banjir Bali Bisa Terulang
- DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
Advertisement
Advertisement