Advertisement
Waduh, Jika Kasus Covid Naik Terus, Oksigen Diprediksi Tak Cukup
Petugas Sudin Sumber Daya Air DKI Jakarta bersiap memindahkan tabung oksigen ke bak truk di salah satu pabrik pengisian oksigen kawasan Cakung, Jakarta, Kamis (1/7/2021). Pemprov DKI Jakarta mengerahkan kendaraan dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membantu mempercepat proses pendistribusian tabung oksigen ke sejumlah rumah sakit seiring meningkatnya kasus terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Jakarta. - Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian berharap agar peningkatan kasus Covid-19 ke depan tidak akan mencetak rekor-rekor baru lagi.
Hal itu mengingat pemenuhan oksigen medis yang berasal dari produsen gas dan alokasi bantuan dari industri akan sulit mencukupi bila hal tersebut terjadi.
Advertisement
Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Fridy Juwono mengatakan pada kondisi normal kebutuhan oksigen medis hanya sekitar 400 ton per hari atau 30 persen dari total produski oksigen. Sementara itu dalam gelombang Covid-19 saat ini peningkatan sudah menyentuh hingga lima kali lipatnya.
"Sekarang sudah sekitar 2.000 ton per hari, dengan kapasitas sekarang memang cukup karena ada stok 5.400 ton per hari. Jadi secara logika jika permintaan naik lagi hingga dua kali lipat mungkin dalam 10 hari masih aman tapi setelah itu tentu harus ada prioritas untuk penanganan," katanya kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).
Selain bantuan dari negara lain, Fridy menyebut saat ini sejumlah industri juga terus melakukan bantuan dari alokasi oksigen yang biasa digunakan untuk produksi pabriknya. Terbaru dari industri kertas, Sinar Mas Group dengan alokasi 1.200 ton dan Tanoto Group 500 ton per bulan.
Baca juga: Rumah Sakit Darurat Respati untuk Pasien Covid-19 di Sleman Mulai Dioperasikan
Menurutnya, dalam kondisi saat ini akan sulit meminta produsen gas oksigen untuk menggandakan produksinya. Hal itu mengingat kemampuan mesin terbatas dengan kapasitas yang ada selama ini.
Begitu pula dengan pemenuhan kebutuhan tabung medis ukuran 1 meter kubik yang kini banyak dijual dengan harga tak wajar. Menurut Fridy, selama ini memang belum ada produsen dalam negeri yang khusus memproduksi tabung tersebut.
Tabung tersebut, lanjutnya, selama ini juga merupakan kelompok barang tidak lartas. Alhasil, ketika kebutuhan naik sulit untuk memenuhinya secara mendesak.
"Sekarang kalau mau tiba-tiba bangun produksinya juga akan sulit. Instal mesin pabrik itu harus mendatangkan orangnya dari luar. Beda dengan masker yang sekarang bisa kita produksi sendiri, spesifikasi tabung ini tinggi temperaturnya saja harus minus 100 derajat," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Langgar VoA, Imigrasi Bali Deportasi Bintang Porno Asal Inggris
- Banjir Besar Menerjang AS dan Kanada, Puluhan Ribu Mengungsi
- Kabut Asap Beracun Selimuti Hanoi, Udara Terburuk Kedua Dunia
- Ratusan Buku Louvre Rusak Akibat Kebocoran Pipa Pascaperampokan
- Mobil MBG Tabrak Siswa SD di Cilincing, Dikendarai Sopir Pengganti
Advertisement
Sekolah Lansia Salimah Wisuda 206 Lansia di Bantul, Tertua 93 Tahun
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Diklaim Sukses, Festival Bakmi di Gunungkidul Akan Digelar Saban Tahun
- Van Gastel Soroti Maraknya Pemecatan Pelatih Super League
- SEA Games: Timnas Indonesia Siapkan Formasi Baru Hadapi Myanmar
- ATR/BPN Ungkap Capaian Satgas Mafia Tanah 2025
- Bantul Hanya Punya Tiga Tambang Berizin
- Belanja Naik Tajam, Danamon Tawarkan Solusi Finansial selama Nataru
- Menkeu Tolak Kirim Balpres Ilegal untuk Korban Bencana Sumatera-Aceh
Advertisement
Advertisement




