Advertisement

Ini Obat-Obat yang Efektif untuk Menangani Pasien Covid-19

Jessica Gabriela Soehandoko
Jum'at, 16 Juli 2021 - 15:07 WIB
Budi Cahyana
Ini Obat-Obat yang Efektif untuk Menangani Pasien Covid-19 Ilustrasi Obat Covid-19. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Sampai saat ini peneliti masih melakukan berbagai uji untuk mengetahui obat apa yang menjanjikan untuk mengobati covid-19.

Berbagai uji klinis skala besar dilakukan untuk menentukan obat yang menjanjikan dan dapat digunakan untuk mengobati Covid-19, saat vaksinasi terus berjalan sebagai pencegahan.

Advertisement

Uji coba terbesar melibatkan 12.000 pasien yang dilakukan oleh Universitas Oxford. Uji coba pemulihan yang dilakukan sejak Maret 2020 telah mempelajari beberapa obat mengenai kemanjurannya dalam mengobati pasien Covid-19.

Dari hasil uji, terdapat beberapa obat yang kurang efektif seperti obat antimalaria hydroxychloroquine yang dipromosikan oleh mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai obat yang potensial. Namun di lain sisi, obat steroid deksametason yang memiliki harga yang murah dan obat radang sendi tocilizumab yang telah efektif dalam mengobati pasien dan telah menyelamatkan nyawa saat Inggris memerangi wabah besar.

Associate professor Sophia Archuleta, ahli penyakit menular di National University Hospital mengatakan terapi Covid-19 yang ada terbagi dalam dua kategori yakni terapi yang menargetkan virus itu sendiri (seperti obat antivirus dan antibodi monoklonal) dan terapi yang mengobati respons inflamasi tubuh (termasuk perawatan steroid dan modulator kekebalan).

Fisher dari National University of Singapore (NUS) mengatakan kortikosteroid telah memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan hasil klinis dengan mencegah kematian dan perkembangan penyakit parah. Selain itu, Fisher mengatakan bahwa obat antibodi monoklonal, seperti sotromivab, telah muncul sebagai pengobatan yang berguna untuk pasien dengan Covid-19 ringan tetapi berisiko mengembangkan gejala yang lebih parah.

Sementara itu, Kepala dan konsultan senior departemen penyakit menular Rumah Sakit Umum Changi, Dr Raymond Fong, mengatakan penanganan pasien Covid-19 berdasarkan gejala.

Dia pun mengklasifikasi empat kategori berdasarkan tingkat keparahan sebagai berikut :

1. Tanpa gejala (atau tidak memerlukan pengobatan)
2. Ringan (Gejala infeksi saluran pernapasan namun tidak menunjukan gejala pneumonia)
3. Sedang (Mengalami pneumonia namun tidak memerlukan terapi oksigen tambahan)
4. Parah atau kritis (menderita pneumonia dan memerlukan terapi oksigen dan kemungkinan memerlukan perawatan yang intensif)

Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) telah menerbitkan pedoman pengobatan untuk Covid-19, yang berlaku untuk semua rumah sakit di Singapura. Shawn Vasoo dari NCID mengatakan beberapa penanganan untuk pasien berdasarkan tingkat keparahannya.

Untuk beberapa pasien tertentu pada minggu pertama yang sakit namun berisiko dalam mengembangkan Covid-19 yang parah. Obat antivirus remdesivir dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan. Beberapa pasien berisiko tinggi yang belum mendapat dukungan oksigen dan masih dalam tahap awal penyakit juga dapat diberikan remdesivir.

Antibodi monoklonal juga akan menjadi bagian dari perawatan yang direkomendasikan untuk Covid-19 dini dan tidak parah pada pasien berisiko tinggi.

Untuk pasien dengan Covid-19 yang parah dapat menggunakan kortikosteroid seperti deksametason. Pasien yang cukup parah adalah pasien yang membutuhkan dukungan oksigen, sering mengalami peradangan hiper, di mana respons imun yang agresif terhadap virus dapat merusak organ, terutama paru-paru. Selain obat anti-inflamasi lainnya biasanya diberikan selain kortikosteroid.

Obat-obatan yang tidak direkomendasikan NCID untuk pengobatan pasien Covid-19 termasuk hydroxychloroquine, obat HIV lopinavir-ritonavir dan obat anti-parasit ivermectin.

Vasoo mengatakan perawatan bersama dan perawatan suportif telah berkontribusi dalam tingkat kematian yang rendah di Singapura. Namun hal tersebut bukan didasarkan uji klinis, namun berdasarkan secara kuantitatif. Sedangkan, Fisher mengatakan bahwa pendorong terbesar hasil buruk secara global adalah rumah sakit yang kurang memiliki tempat tidur, ventilator dan oksigen yang cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement