Advertisement
Survei: Penularan Covid-19 di Indonesia 40 Kali Lipat dari Data Resmi Kemenkes

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Studi seroprevalensi yang dilakukan di Indonesia sepanjang pandemi Covid-19 mengindikasikan infeksi virus corona telah menyebar jauh lebih luas daripada yang disampaikan lewat data resmi pemerintah.
Perbedaan angka jumlah warga yang sudah terinfeksi antara hasil studi itu dan data Kementerian Kesehatan hampir 40 kali lipat.
Advertisement
Seroprevalensi adalah perhitungan jumlah individu dalam suatu populasi yang memperlihatkan hasil positif suatu penyakit berdasarkan spesimen serologi atau serum darah. Studi skala nasional, yang dilakukan antara Desember 2020 sampai Januari 2021, menunjukkan 15 persen populasi di Indonesia telah tertular Covid-19.
BACA JUGA : Pilih New Normal atau PSBB? Ini Hasil Survei untuk Warga
Bandingkan angka itu dengan versi Kementerian Kesehatan per akhir Januari lalu yang menyebut infeksi ada di antara sekitar 0,4 persen dari total penduduk 270 juta jiwa. Saat ini, total infeksi positif SARS-CoV-2 di Indonesia pun didata 'baru' sekitar 0,7 persen dari jumlah penduduk atau setara lebih dari 1,8 juta jiwa.
“Hasil survei ini tidak mengejutkan,” ujar Pandu Riono, epidemiolog di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), yang terlibat studi yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut. Dia mengungkap hasil studi itu secara eksklusif kepada Reuters pada 1 Juni 2021 dikutip dari Tempo.
Dia menjelaskan, studi seroprevalensi mendeteksi antibodi yang muncul pada orang yang kemungkinan besar sudah terjangkit penyakit tersebut. Sedang data resmi dari Kementerian Kesehatan sebagian besar didasarkan pada hasil tes swab.
Seperti diketahui, swab test dan PCR bekerja dengan mendeteksi keberadaan si virus. Itupun terdeteksi jika virus itu memang masih menjangkiti orang yang diperiksa.
Adapun antibodi berkembang satu sampai tiga minggu setelah seseorang tertular infeksi virus dan antibodi tinggal di dalam tubuh selama berbulan-bulan. Studi seroprevalensi yang digelar di negara lain—termasuk India—juga mengungkap angka infeksi yang lebih luas daripada data resmi pemerintahannya masing-masing.
BACA JUGA : Update Kasus Covid-19 DIY 1 April 2021, Sleman & Bantul
Ketua Departemen Epidemiologi FKMUI, Tri Yunis Miko Wahyono, menilai sistem surveilans yang dilakukan selama ini lemah dan tidak dapat mendeteksi kasus Covid-19 yang sebenarnya. "Pelacakan kontak dan pengujian di Indonesia sangat buruk dan menjelaskan mengapa begitu sedikit kasus yang terdeteksi,” kata Tri.
Sebagai catatan tersendiri, hasil studi awal seroprevalensi di Bali, yang dilakukan oleh Universitas Udayana, juga mengungkap tren yang sama, yakni data resmi jauh lebih kecil. Studi atau survei antibodi yang dilakukan September-November 2020 mendapati infeksi virus Covid-19 telah menjangkau 17 persen masyarakat di sana.
Angka itu 53 kali lebih tinggi daripada tingkat infeksi berdasarkan kasus yang tercatat secara resmi di pulau wisata tersebut.
Menanggapi hasil-hasil studi tersebut, juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengakui ada banyak kasus positif Covid-19 yang tidak terdata. Tapi, penyebabnya, lebih kepada kasus-kasus tersebut tanpa gejala.
“Indonesia memang memiliki pelacakan kontak Covid-19 yang masih rendah dan kurangnya laboratorium untuk memproses hasil tes yang sudah dilakukan,” ujar Siti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Komisaris Pertamina Baru, Bambang Suswantono Miliki Harta Rp10,9 Miliar
- Kereta Cepat WHOOSH, dari Jebakan Utang China hingga Buang-Buang Uang
- Cerita Soebronto Laras dan Kecintaannya pada Otomotif
- Soebronto Laras Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Tokoh Otomotif Nasional
- Nasabah Diteror DC AdaKami hingga Bunuh Diri, Berikut Sikap OJK
Advertisement

Mau ke Jogja atau Solo Naik KRL? Berikut Jadwal dan Lokasi Stasiunnya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- OJK Dorong Pelindungan Konsumen Pinjol agar Diperkuat
- Kereta Cepat WHOOSH, dari Jebakan Utang China hingga Buang-Buang Uang
- Ke IKN, Jokowi Lakukan Groundbreaking RS Abdi Waluyo
- Kaesang Dikabarkan Gabung PSI, PDIP: Ojo Kesusu, Pelajari Dulu AD/ART
- PPP Ingin Mengulang Sejarah Hamzah Haz Sebagai Wapres Lewat Sandiaga Uno
- Whoosh Jadi Nama Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Begini Arti dan Maknanya
- Buntut Viral Nasabah Pinjol Bunuh Diri, Ini Klarifikasi AdaKami
Advertisement
Advertisement