Advertisement
Ini Penyebab Identifikasi Visual Tak Diterapkan dalam Korban Bencana Massal atau Kecelakaan Transportasi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA- Identifikasi secara visual kepada korban bencana massal seperti bencana alam atau kecelakaan transportasi sangat tidak disarankan karena tidak akurat dan dapat terjadi kesalahan identifikasi. Hal itu diungkapkan Dokter forensik dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
"Identifikasi secara visual sangat tidak dianjurkan karena penampakan korban tidak ideal mungkin sudah rusak, terbakar atau membusuk," kata dr Fitri Ambar Sari SpFM MPH dalam seminar tentang Tragedi dan Penatalaksanaannya dari Sudut Pandang Ilmu Forensik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Advertisement
Karena kondisi korban yang tidak ideal, maka keakuratannya tidak dapat dipercaya disebabkan seiring waktu jenazah korban akan mengalami perubahan.
Selain itu, faktor emosional keluarga korban menyebabkan metode visual tersebut tidak bisa digunakan.
Hal senada disampaikan staf medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI/RSCM dr Mohammad Ardhian Syaifuddin bahwa sangat tidak disarankan identifikasi secara visual karena jenazah korban bisa saja jenazah orang lain.
"Ketika jenazah dibawa pulang dan dikubur ternyata nanti ditemukan jenazah anggota keluarga, nanti akan jadi masalah. Prinsip kita lebih baik tidak teridentifikasi dari pada salah mengidentifikasi dan ini sudah berlaku di seluruh dunia," kata spesialis ilmu forensik tersebut.
Dia mengatakan, perubahan kondisi jenazah bisa disebabkan iklim lembab dan panas di Indonesia maka sehari saja jenazah di luar ruangan pendingin akan mengalami pembusukan.
Menentukan identitas seseorang dalam suatu kasus bencana massal merupakan tantangan tersendiri bagi dokter spesialis forensik karena akan berimplikasi hukum misalnya terkait asuransi dan klaim dari ahli waris.
Maka prinsip keakuratan sangat penting dalam proses identifikasi korban bencana massal.
Sehingga data yang dianggap paling akurat adalah data primer seperti rekam gigi, sidik jari dan DNA yang sangat memudahkan proses identifikasi korban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Jembatan Pandansimo Dioperasikan Pertengahan September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
- Bali Kembali Banjir, Kini Sampai ke Canggu
- Hari Ini Ada Demo, Polisi Kerahkan 4.562 Personel Amankan Jakarta
Advertisement
Advertisement