Advertisement
Jangan Hanya Infrastruktur, Pemerintah Diingatkan Bangun Teknologi, Pangan, dan Energi Terbarukan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho mengingatkan pemerintah untuk benar-benar memperhatikan 3 pilar penting pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia (SDM) dan teknologi, kemandirian pangan dan pengembangan energi terbarukan.
Pasalnya, Indonesia akan menjadi negara terbelakang tatkala 3 komponen penting pembangunan itu tidak digarap secara serius. “Kalau pemimpin tidak mengembangkan ketiga pilar dasar pembangunan itu maka saya kira, negara kita tidak akan maju,” ujar Hardjuno Wiwoho melalui rilisnya, Selasa (15/8/2023).
Advertisement
BACA JUGA: Aguan cs Bakal Groundbreaking di IKN, Bahlil Minta Infrastruktur Dipercepat
Menurutnya, Indonesia betul-betul akan masuk jaman kegelapan atau makin primitif kalau abai dengan elemen penting pembangunan ini. “Kita semua pakai smartphone tapi ingat simpanse dan gorila dalam suatu penelitian juga bisa menekan tombol smart phone. Orang Indonesia menggunakan smart phone dikira orang pintar padahal simpanse dan gorila juga bisa,” jelasnya.
Hardjuno mengaku untuk mengejar ketertinggalan tidaklah mudah, sebab memerlukan waktu berabad-abad. Lihat saja Jakarta dan Papua. Keduanya sama-sama di Indonesia tapi jauh sekali perkembangannya. Ketertinggalan Papua dari Jakarta itu, menurut Hardjuno, sama ibaratnya dengan ketertinggalan Indonesia dibanding negara maju.
“Sistem kroni kita menutup itu semua karena tahunya hanya cari jalan pintas. Aneh misalnya, debitur BLBI menagih utang kepada negara. Itu tidak mungkin terjadi kalau tidak dipelihara penguasa,” kata Hardjino.
Lebih lanjut, Hardjuno mengingatkan kalau sebuah pemerintahan ingin dikenang dalam sejarah maka kuncinya bukan hanya membangun fisik saja. Tetapi contohlah nabi-nabi dan para pemimpin besar lainnya yang mengutamakan pembangunan SDMnya dengan skill dan visi ke depan.
Hardjuno mengingatkan VOC membangun Ibu Kota Jakarta dengan megah di eranya. Tapi sampai hari ini orang mengingat VOC hanya sebagai penjajah yang lalim. “Jadi, kalau tidak membangun manusia Indonesia, jangan harap pemimpin Indonesia hari ini akan dikenang di masa depan,” ulasnya.
Di jaman sekarang ini terang Hardjuno, sebuah negara kalau mau maju dan bertahan berabad-abad kemudian, memerlukan strategi pembangunan yang komprhensif yang mencakup ketahanan pangan, pengembangan energi dan pembangunan SDM serta teknologi.
“Kalau ketiganya tidak dibangun lalu bangun fisik apapun itu mau IKN namanya, kita akan selalu terbelakang. Investasi RI di teknologi hanya 0,15 persen dari GDP. Padahal negara maju bisa 2-3 persen. Investasi untuk BTS aja tidak dibangun meski anggarannya sudah keluar, dikorupsi 80 persen,” papar Hardjuno.
BACA JUGA: Pembangunan Infrastruktur Harus Diarahkan untuk Mencapai Ketahanan Pangan, Setuju?
Hardjuno menilai pemimpin Indonesia saat ini sulit membangun 3 dasar pembangunan nasional. Salah satu penyebabnya akutnya penyakit korupsi di Indonesia. Faktanya, banyak pejabat Indonesia diduga hanya cari proyek jangka pendek untuk kepentingan pribadi.
“Contohnya Foxconn, ada dugaan belum apa-apa sudah dipalak. Bagaimana itu terjadi? Ya karena sistem yang ada, dari atas turun ke bawah tidak dibenerin. Kalau sistem seperti ini diteruskan dari atas hingga bawah, ya tidak ada orang yang mau investasi,” tandas Hardjuno.
Hardjuno kembali memberi warning bagi pemimpin Indonesia agar jangan terlalu berpikir hal-hal yang sifatnya seremonial saja. Seolah-olah kalau pemimpin sudah membangun gedung atau kota yang megah akan diingat di masa depan. Padahal tidak demikian.
“Seorang pemimpin akan diingat kalau benar-benar bekerja menjadi pelayan rakyat dengan sungguh,” terangnya.
Saat ini jelas Hardjuno, pemimpin harus berorientasi jauh kedepan. Karena jika negara ini tidak bisa bersaing dan makin mundur maka yang diingat dari pemimpin itu hanyalah korupsinya.
Kalau suatu saat ada bencana maka orang akan berkata si pemimpin itulah yang penyebab semua kerusakan. "Kita utang untuk bayar debitur BLBI tidak dihentikan malah dipelihara jadi kroni. Kalau bencana datang lebih parah dari 1998, orang akan ingat warisan siapa ini. SDA habis bonus demografi habis. Yang tersisa utang. Utang negara ditanggung rakyat," katanya.
"Itu warisan yang ditinggalkan ke anak cucu kita yang akan menghakimi kita. Karena semua pembangunan fisik akan membusuk pada waktunya. Yang abadi hanya simbol kelaliman, simbol korupsi, simbol hukum yang bisa diperjual belikan,” ujar Hardjuno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto Bahas Agenda Partai di Dalam Rutan KPK
- Tanggapan Wamendagri soal Surat Megawati Minta Kepala Daerah PDIP Tidak Ikut Retret
- Brian Yuliarto Pastikan Tidak Ada Kenaikan UKT Mahasiswa
- 2.460 Personel Gabungan Kawal Aksi Unjuk Rasa di Patung Kuda Hari Ini
- Waspada! OJK Sebut Modus Penipuan Keuangan Semakin Meningkat dan Variatif
Advertisement
Advertisement

Menikmati Gua-Gua yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Berwisata ke Turki
Advertisement
Berita Populer
- Ditahan KPK, Hasto Minta Jokowi dan Keluarga Juga Diperiksa
- Waspada! OJK Sebut Modus Penipuan Keuangan Semakin Meningkat dan Variatif
- 2 Hari, 3 Anggota PDIP Ditahan KPK karena Kasus Korupsi dan Suap
- Pesawat Bertabrakan di Angkasan ,Dua Orang Dipastikan Tewas
- Pasar Properti di DIY dan Jateng Dinilai Masih Potensial
- Megawati Perintahkan Kepala Daerah yang Diusung PDIP Tidak Mengikuti Retret di Magelang
- Ini Alasan Megawati Larang Kepala Daerah yang Diusung PDIP Mengikuti Retret di Akmil Magelang
Advertisement
Advertisement