Advertisement

Pengusaha: Indonesia Masih Punya Keuntungan di Tengah Ancaman Resesi 2023

Ni Luh Anggela
Kamis, 29 Desember 2022 - 10:17 WIB
Sunartono
Pengusaha: Indonesia Masih Punya Keuntungan di Tengah Ancaman Resesi 2023 Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menilai Indonesia masih memiliki keuntungan di tengah fase perfect storm atau ancaman resesi 2023. 

Ajib menuturkan terdapat kondisi yang menjadi tantangan ekonomi dan juga kondisi yang menjadi peluang bagi perekonomian Indonesia.

Advertisement

“Dari sisi tantangan ekonomi, ada dua hal yang perlu dicermati, dari sisi pemerintah dan dari dunia usaha,” kata Ajib dalam keterangan resmi, Kamis (29/12/2022).

Dari sisi pemerintah, Ajib menyoroti dua hal yang perlu dimitigasi dengan baik. Pertama, adalah kondisi ruang fiskal yang terbatas untuk bisa mengagregasi pertumbuhan ekonomi.

Pasalnya, pemerintah sudah tak bisa menggunakan instrumen Undang-undang Nomor 2/2020 tentang Sistem Stabilitas Keuangan Menghadapi Pandemi, sehingga pemerintah harus kembali menyusun struktur APBN maksimal 3 persen dari PDB.

“Pemerintah harus lebih prudent dalam mengalokasikan belanja dan jeli membuat target penerimaan negara,” jelasnya.

Kedua, pemerintah perlu waspada dalam mengelola kondisi sosial masyarakat lantaran tahun depan agenda politik mulai berjalan. Oleh karena itu, diperlukan stabilitas sosial maupun politik, yang menjadi prasyarat agar investasi dapat mengalir dengan lancar.

Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan investasi sebesar Rp1.400 triliun tahun depan, target yang terbilang cukup menantang ketika Indonesia memasuki tahun politik jelang Pemilihan Presiden 2024. 

Selanjutnya, tantangan dari sisi dunia usaha dan masyarakat. Ajib menilai, terdapat empat hal yang perlu dimitigasi dengan baik agar ekonomi bisa berjalan baik tahun depan.

Pertama, adanya pelemahan daya beli masyarakat. Memang diakui AJin, pemerintah sampai dengan Desember 2022 masih bisa mengintervensi dan menjaga daya beli masyarakat melalui program BLT yang dialokasikan melalui APBN. Namun, program tersebut cenderung tak bisa dilanjutkan pemerintah sehingga akan membuat kontraksi dalam kemampuan daya beli masyarakat.

Kedua, potensi inflasi yang naik dibandingkan kondisi 2022. Dia mengatakan, inflasi secara substantif mengurangi kesejahteraan.

Ketiga, jumlah pengangguran yang kian meningkat, dan terakhir, kenaikan suku bunga yang cukup tinggi yang dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). 

Sementara itu, dari sisi potensi ekonomi, Ajib menyebut ada tiga hal yang mendorong optimisme ekonomi menjelang 2023. Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.

Kedua, adalah melimpahnya sumber daya alam dan komoditas. Dan ketiga, kekuatan UMKM yang menjadi penyangga utama pertumbuhan ekonomi. 

“Dengan membandingkan sisi permasalahan atau tantangan yang ada dengan sisi potensi ekonominya, Indonesia masih punya banyak keuntungan memasuki 2023,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia mampu bangkit lebih cepat ketika kondisi global mendapatkan efek negatif pasca pandemi. Selain itu, Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada tantangan yang ada.

“Narasi resesi akan terpinggirkan dengan optimisme ekonomi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pengadaan Lahan Tol Jogja-Bawen Capai 91 Persen, Pembayaran Ganti Rugi Bakal Dilakukan Dalam Waktu Dekat

Sleman
| Jum'at, 26 April 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement