Advertisement
Tradisi Halalbihalal saat Lebaran, Ini Asal Mulanya
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO — Pada hari pertama masuk kerja seusai libur Lebaran, sejumlah instansi biasanya menggelar acara halalbihalal untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
Antropolog UIN Sunan Kalijaga Muhammad Soehadha mengatakan tradisi halalbihalal bermula dari pisowanan yang dilakukan di Istana Mangkunegaran.
Advertisement
Tradisi pisowanan ini sendiri di Mangkunegaran bisa dirunut sejak era pendiri salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram ini, yakni Raden Mas Said atau KGPAA Mangkunegara I (1757-1795 Masehi) alias Pangeran Sambernyawa.
Kala itu Mangkunegara I mengumpulkan keluarga dan kerabat kerajaan, para abdi dalem, hingga prajurit. Setelah merayakan Idulfitri, dilakukan acara sungkeman untuk menunjukkan hormat dan meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan, baik sengaja atau tidak.
Selanjutnya, pada 1924, majalah Soeara Moehammadijah kala itu menuliskan tentang halalbihalal. Penyebutannya adalah alal bahalal yang artinya kegiatan silaturahmi, memohon maaf antarumat Islam selepas Lebaran.
Soeara Muhammadiyah pun menawarkan kepada umat Islam khususnya warga Muhammadiyah untuk menyampaikan ucapan selamat Idulfitri melalui majalah tersebut.
Istilah halalbihalal kemudian dipopulerkan oleh Presiden Soekarno yang saat pada 1948 mengundang salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Wahab Chasbullah.
Saat itu, Soekarno meminta masukan dari KH Wahab Chasbullah untuk mendamaikan berbagai pihak, golongan dan elite politik yang saling menyalahkan pemerintahan. Seperti diketahui pemerintahan saat itu belum stabil karena masih dalam suasana revolusi kemerdekaan.
Menjawab pertanyaan Bung Karno, KH Wahab Chasbullah mengusulkan untuk diadakan acara silaturahmi. Kebetulan saat itu menjelang Idulfitri 1367 Hijriah
Presiden Soekarno dan KH Wahab Chasbullah kemudian sepakat dengan istilah halalbihalal.
“Para elite politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa [haram], maka harus dihalalkan,” kata KH Wahab Chasbullah dilansir dari NU Online.
“Jadi esensi halalbihalal bukan kumpul makan-makan. Dalam hal ini, acara halalbihalal menjadi ajang untuk mendamaikan hubungan yang keruh agar jernih. Jika hubungan itu kusut, maka acara halalbihalal diharapkan menjadi media untuk meluruskan hubungan tersebut,” ujar Ustaz Adi Hidayat dalam akun Youtube Islampedia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Prabowo Minta Pendukungnya Tidak Melakukan Aksi di Gedung MK
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- Kejagung Telusuri Asal Usul Jet Pribadi Suami Sandra Dewi, Harvey Moeis
- Pembangunan Tol Palembang Betung Ditarget Selesai pada 2024
- Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi ke MK, Ini Imbauan Prabowo
- Palestina Kecam Veto AS Soal Keanggotaan Penuh di PBB
- Rudal Israel Dilaporkan Hantam Iran, Irak dan Suriah
Advertisement
Advertisement