Advertisement

MUBENG TIDAR: Wayang Mikael, Wujud Kreativitas Perupa Melestarikan Karya Seni

Nina Atmasari
Kamis, 25 November 2021 - 06:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
MUBENG TIDAR: Wayang Mikael, Wujud Kreativitas Perupa Melestarikan Karya Seni Kaji Habeb menunjukkan karya seni Wayang Mikael, di galerinya, Perum Bima Sakti No. 18 Kramat Selatan, Magelang Utara, Kota Magelang, Rabu (24/11/2021). - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG-Seni wayang umumnya terbuat dari kulit. Namun, di Kota Magelang ada seniman yang membuat wayang dari plastik mika. Uniknya, wayang mika ini bisa menghasilkan bayangan berwarna. Kreativitas seni seperti ini mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Kota Magelang.

Sebagai perupa, Kaji Habeb terus berkreasi dalam upaya melestarikan karya seni. Latar belakang ilmu dari seni lukis ISI Jogja membuat imajinasinya mencetuskan seni bayangan (shadow art) dengan warna. Dipadukan dengan ilmunya dari Akidah Filsafat IAIN Jogja, ia menghasilkan wayang dengan karakter yang unik.

“Wayang ini saya namakan Wayang Mikael yang artinya wayang dari mika untuk eling. Jadi tokoh-tokoh yang saya ciptakan bertujuan mengingatkan perjalanan hidup manusia,” tutur Kaji Habeb, ditemui di galerinya di Perum Bima Sakti No. 18 Kramat Selatan, Magelang Utara, Kota Magelang, Rabu (24/11/2021).

Advertisement

Berbeda dengan wayang yang terbuat dari kulit, wayang mika bisa diberi warna dengan cat. Warna wayang ini memperkuat sosok dari tokoh wayang tersebut. Dengan adanya warna pada wayang, maka ketika dipentaskan maka bayangan yang dihasilkan pun tidak hanya hitam tetapi berwarna. Kaji Habeb yang mengembangkan seni kontemporer ini menciptakan tokoh dengan karakter yang dibuatnya sendiri, bukan pakem tokoh pewayangan seperti Mahabarata atau Ramayana.

Ia mencontohkan ada tokoh Guru Jarkoni atau iso ngajari raiso ngelakoni yang artinya guru yang bisa mengajari tetapi tidak bisa melakukan. Ada tokoh Nurul Qolbi yaitu kiai cahaya hati, serta Bagus Salik, orang yang selalu ingin mencari kebaikan. “Tokoh-tokoh terus berkembang dengan ide-ide dan dengan konteks waktu, konteks zaman dan tempat,” jelasnya.

Wayang Mikael ini juga telah memiliki sejumlah lakon seperti "Hingga Perbatasan Hari dan Golek Semar". Selain membuat wayang, Kaji Habeb juga menjadi dalang yang memainkan wayangnya tersebut. Saat mementaskan wayang, ia diiringi alat musik modern. Wayang yang dirintis tahun 2006 ini pertama kali dipentaskan di Jogja pada 2007. Kini pentasnya sudah meluas di Kota Magelang, Solo, Jepara hingga Rembang.

Secara terpisah, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Sugeng Priyadi mengatakan di Kota Magelang ada lebih dari 50 seniman lukis. Di luar itu, masih ada seniman berbagai rupa dari tradisional hingga kontemporer, seperti seni tari hingga balet, pelukis canvas hingga mural dan lainnya. “Kaji Habeb merupakan jadi figur yang inspiratif sehingga bisa menjadi motivasi seniman lain agar semakin eksis,” katanya.

Ia mengatakan Pemerintah Kota Magelang memberikan apresiasi terhadap seniman dan karya seni salah satunya dengan memberikan rumah budaya di sebelah Polres Magelang Kota. Rumah budaya tersebut merupakan cagar budaya yang tidak bisa diubah fasadnya. Saat ini, gedungnya sedang diperbaiki untuk nantinya akan dijadikan kantor bersama seniman dan pelestari budaya berdiskusi, berkumpul, pamer karya, bahkan menjadi tempat edukasi seni budaya.

“Tugas pemerintah dari pusat sampai daerah adalah melestarikan, mengembangkan, membina dan memanfaatkan karya seni dan budaya. Di dalam membangun sebuah seni budaya, harus dilakukan semua komponen. Pemerintah bermitra secara sinergis dengan masyarakat, termasuk dengan para seniman dan kebudayaan,” katanya. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Komplotan Spesialis Pengganjal ATM di Gerai Ritel Modern Ditangkap Polresta Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement