Advertisement
Peneliti: Selama Pandemi Covid-19, Angka Kelahiran Bayi Prematur Turun

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Selama pandemi COvid-19, angka kelahiran bayi prematur mungkin menurun. Hal ini berdasarkan temuan para peneliti di Belanda.
Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet pada 13 Oktober lalu membandingkan usia kehamilan bayi yang lahir selama penguncian, mulai Maret, dengan data dari tahun-tahun sebelumnya.
Advertisement
Melihat pada jendela waktu yang berbeda, ahli neonatologi dan penulis utama studi ini, Jasper Been mengatakan dia dan timnya menemukan bahwa tingkat kelahiran prematur turun antara 15 hingga 23 persen. "Kami bisa melihat bahwa dampak ini nyata," ujarnya seperti dilansir dari Insider, Jumat (30/10/2020).
Baca juga: Sejumlah Warga di Jogja Diduga Disiram Air Keras Saat Tengah Gowes
Studi ini didasarkan pada dua laporan awal dari Denmark dan Irlandia yang dirilis selama musim panas. Dalam kedua laporan tersebut dokter menemukan bahwa angka kelahiran prematur telah turun drastis.
Spesialis Kedokteran Janin Ibu di Stony Brook Medicine di New York, Diana Garretto menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhi kelahiran prematur.
Lahir prematur membuat bayi berisiko mengalami sejumlah masalah kesehatan seumur hidup, mulai dari masalah pernapasan hingga keterlambatan perkembangan. Bayi prematur, terutama yang lahir sangat dini, juga berisiko tinggi mengalami kematian.
Baca juga: 2 Wisatawan di Borobudur Positif Covid-19
Ada dua kelompok kelahiran prematur. Pertama kelahiran prematur iatrogenik yangvdisebabkan oleh kondisi kesehatan yang mendasarinya, yang berarti sang ibu harus melahirkan lebih awal.
Kedua, persalinan prematur spontan terjadi tanpa sebab yang jelas, dan dokter tidak dapat berbuat banyak untuk mengendalikannya.
Jika penelitian terus mendukung gagasan bahwa kelahiran prematur menurun selama pandemi, hal itu dapat memberi petunjuk kepada para ilmuwan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelahiran prematur, terutama kelahiran spontan.
Garretto menambahkan ada kemungkinan bahwa berada di rumah membantu melindungi wanita hamil dari stres terkait pekerjaan. Dia juga menilai virus tertentu juga telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, jadi mungkin lebih sedikit wanita yang terpapar saat menjaga jarak.
Di sisi lain, banyak orang mengalami lebih banyak stres selama pandemi, jadi sulit untuk mengatakan apakah penguncian akan berdampak positif atau negatif secara keseluruhan bagi wanita hamil.
Sementara itu, para peneliti di Belanda menunjukkan bahwa bayi yang lahir mati tidak dimasukkan dalam kumpulan data mereka. Secara teoritis, penurunan angka kelahiran prematur bisa jadi karena lebih banyak bayi yang meninggal.
"Belum ada data untuk mendukungnya, tetapi patut diselidiki," tulis mereka.
Garretto mengatakan bahwa penelitian perlu memperhitungkan fakta bahwa orang dengan kehamilan berisiko tinggi, yang lebih mungkin mengalami persalinan prematur, mungkin memilih untuk tidak melahirkan bayi selama pandemi. Meskipun itu tidak menjelaskan penurunan kelahiran prematur selama bulan-bulan awal, itu dapat mempengaruhi angka tahun depan dan seterusnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ulang Tahun ke-90, Dalai Lama Ingin Hidup hingga 130 Tahun
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
Advertisement

Gara-gara Sakit Hati, Pria di Bantul Terekam CCTV Nekat Mencuri Pakaian Dalam Milik Mantan Kekasihnya
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Sekolah Rakyat Dibangun Mulai September 2025, Dilengkapi Dapur dan Asrama
- 29 Penumpang Belum Ditemukan, Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Minta Maaf
- DPR RI Bentuk Tim Supervisi Penulisan Ulang Sejarah
- Kemensos: Anak Jalanan Jadi Target Utama Ikuti Sekolah Rakyat
- Banjir di DKI Jakarta Rendam 51 RT
- Kementerian PKP Siapkan Rp43,6 Trilun untuk Merenovasi 2 Juta Rumah Tak Layak Huni
- Presiden Prabowo Suarakan Sikap dan Posisi Indonesia di KTT BRICS
Advertisement
Advertisement