Advertisement
Situasi di Gaza Mengerikan, Sekjen PBB Desak Akses Bantuan Masuk

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Situasi di Gaza saat ini dinilai mengerikan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pun mendesak agar akses bantuan ke Palestina dibuka.
Dia mengatakan lebih banyak lagi korban sipil tercatat selama akhir pekan, termasuk anak-anak, dalam serangan yang menewaskan orang-orang yang tengah mencari bantuan. "Apa yang kita saksikan di Gaza adalah tingkat kematian dan kehancuran yang tak ada bandingannya dalam beberapa waktu belakangan ini," katanya kepada awak media, Senin (14/7/2025).
Advertisement
BACA JUGA: Israel Serang Lebanon, Tiga Orang Tewas dan 13 Luka-luka
Guterres mengatakan bahwa kekerasan tersebut merusak kondisi martabat manusia yang paling mendasar bagi penduduk Gaza, "selain dari penderitaan hebat yang mereka alami."
Kepala PBB itu menegaskan kembali seruannya untuk mewujudkan gencatan senjata permanen di Gaza. "Saya berharap semua pihak dapat mengatasi ... kesulitan-kesulitan yang masih mereka hadapi agar gencatan senjata dapat terwujud," katanya.
"Namun, gencatan senjata saja tidak cukup. Sangat penting bahwa gencatan senjata itu menghasilkan solusi, dan solusi itu hanya dapat dicapai jika warga Palestina dan Israel dapat memiliki negara di mana mereka dapat menggunakan hak-hak mereka."
Lebih lanjut, sang sekjen mengatakan bahwa kondisi warga Palestina yang hidup "di tanah mereka sendiri tanpa hak apa pun adalah hal yang sangat bertentangan dengan kemanusiaan dan sangat bertentangan dengan hukum internasional."
Para pekerja kemanusiaan PBB menyebut serangan baru-baru ini di Gaza, di mana perempuan dan anak-anak tewas ketika mencari air dan makanan, sebagai sebuah "kekejaman".
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa selama akhir pekan, serangan dan penembakan meningkat di seluruh Gaza, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa.
Dikatakan oleh OCHA bahwa tujuh anak dilaporkan tewas ketika sedang mengantre untuk mendapatkan air di sebuah tempat distribusi air di Nuseirat.
Insiden terbaru ini terjadi menyusul insiden pada Kamis (10/7), ketika beberapa anak dan perempuan tewas saat menunggu pasokan nutrisi.
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyebut pembunuhan semacam itu sebagai sebuah kekejian yang harus diakhiri, dan mengatakan bahwa warga sipil harus dilindungi dan diperlakukan secara bermartabat.
Lebih lanjut mereka menambahkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk anak-anak, yang harus mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan makanan, air, atau bantuan lainnya.
OCHA mengungkapkan sistem kesehatan yang menangani para korban konflik kini nyaris lumpuh total. Meski berada di ambang kehancuran, rumah sakit masih terus berupaya merespons insiden dengan korban massal semampu mereka.
Kantor kemanusiaan tersebut mengatakan tim kesehatan di Gaza terus mengalami dampak terburuk dari konflik. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa seorang spesialis bedah dan endoskopi terbunuh pada akhir pekan lalu.
Badan-badan PBB memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar di Gaza telah mencapai tingkat kritis. Tanpa bahan bakar yang memadai, mereka kemungkinan akan terpaksa menghentikan operasional mereka sepenuhnya, yang secara langsung berdampak pada semua layanan penting di Gaza, membuat lebih banyak orang semakin mendekati ajalnya, tanpa layanan kesehatan, tanpa air bersih, dan tanpa kapasitas untuk mengirim bantuan.
Menurut OCHA, sejumlah kecil bahan bakar yang diizinkan masuk ke Gaza pekan lalu hampir tidak cukup untuk mendukung pengoperasian layanan penting bahkan untuk satu hari.
Badan-badan dan mitra PBB menekankan kembali bahwa bahan bakar harus diizinkan masuk ke Gaza dalam jumlah yang cukup dan konsisten guna menopang operasi penyelamatan nyawa. UNICEF juga mengingatkan bahwa risiko kelaparan masih ada.
Lebih dari 5.800 anak didiagnosis menderita malanutrisi bulan lalu di Gaza, termasuk 1.000 lebih anak yang mengalami malanutrisi akut parah.
Angka tersebut meningkat selama empat bulan berturut-turut. OCHA mengatakan sejumlah kecil bantuan dan pasokan penting yang telah masuk ke Gaza sejauh ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,1 juta orang.
Otoritas berwenang Israel harus mengizinkan masuknya bantuan berskala besar dengan segera melalui semua rute dan koridor yang memungkinkan. Kantor kemanusiaan tersebut mengatakan otoritas berwenang Israel terus mengeluarkan perintah pengungsian di tengah-tengah kekerasan yang terjadi.
Pada Jumat (11/7), mereka mengeluarkan perintah evakuasi untuk daerah Rimal di Gaza City, di mana sekitar 70.000 orang tinggal di 12 tempat pengungsian..Lebih dari 86 persen wilayah Gaza kini berada di bawah perintah pengungsian atau berada di dalam zona militer Israel.
Di Tepi Barat, OCHA mengatakan tingkat kekerasan yang tinggi terus berlanjut. Pada Jumat, dua pria Palestina berusia awal 20-an tewas di dekat Ramallah dalam sebuah serangan pemukim, kata kantor tersebut.
Menurut OCHA, pada paruh pertama 2025, lebih dari 700 serangan pemukim terhadap warga Palestina dilaporkan terjadi, yang berdampak pada lebih dari 200 komunitas di seluruh Tepi Barat, terutama di kegubernuran Ramallah, Nablus, dan Hebron, serta mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kemenaker Segera Panggil Duta Palma Terkait Penahanan Ijazah
- Tom Lembong Akui Mendapatkan Perlakuan Manusiawi di Tahanan Kejaksaan
- 7 Perusaahan Besar Diduga Mengoplos Beras, Kecurangan Menjual Beras Premium Tak Sesuai Mutu
- Menlu Sugiono Tegaskan Pentingnya Revitalisasi ASEAN Regional Forum untuk Hadapi Ancaman Global
- Bulog Salurkan 158 Ribu Ton Beras SPHP
- Mentan: Kerugian Akibat Beras Oplosan Capai Rp99 Triliun dalam Setahun
- Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Poso
Advertisement
Advertisement