Advertisement
Tol Laut Diklaim Tak Banyak Berpengaruh terhadap Harga Barang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - National Maritime Institute meyakini program tol laut hanya memengaruhi 20% harga barang yang dijual di daerah yang dilayari angkutan laut berubsidi tersebut.
Siswanto Rusdi, Direktur National Maritime Institute (Namarin) Jakarta mengatakan, pembentuk harga barang di daerah yang dilayari kapal tol laut terakumulasi dari pembayaran biaya lain seperti biaya kuli, pajak, tenaga kerja bongkar muat (TKBM), trucking hingga jatah preman.
Advertisement
"Jadi kalau [harga] mahal, itu wajar dengan hukum pasar yang berlaku, kecuali dengan kuli, hingga trucking dan pergudangan di pasar marginnya ditutup oleh pemerintah. Namun, apakah negara menyanggupi hal itu," lanjutnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Senin (4/11/2019).
Oleh karena itu, dia menilai disparitas harga barang di wilayah timur dan barat Indonesia terjadi bukan disebabkan adanya mafia atau kurang maksimalnya program tol laut, melainkan adanya mekanisme pasar yang wajar.
Menurutnya, hal ini terjadi disebabkan subsidi yang diberikan pemerintah masih sebatas biaya bahan bakar serta biaya pelayaran. Para pedagang atau pemesan masih harus membayar biaya trucking, buruh, preman, dan hal hal teknis di lapangan yang mengakibatkan harga tetap tinggi. Selain itu, Rusdi juga kurang setuju atas anggapan mafia untuk para pedagang yang mengambil untung.
"Yang membeli jumlah banyak adalah pedagang, Namanya pedagang ya cari untung dong. Untung itu mereka cari dengan biaya angkut seperti trucking dan buruh. ini lah disebut aspek perdagangan antarpulau," tuturnya.
Siswanto menganggap berlebihan tuduhan disparitas harga terjadi karena mafia. Dalam mekanisme pasar, imbuhnya, hal yang wajar apabila para pedagang mengambil margin keuntungan.
"Saya sedikit sedih kenapa Presiden menuduh ini karena mafia, ini adalah pedagang, mereka mencari kehidupan, mencari margin keuntungan masa ngak boleh. Ini praktek yang lazim," ujarnya.
Rusdi menyarankan pemerintah mulai memfokuskan untuk memperbaiki aspek perdagangan antarpulau dan penyebarannya bukan hanya menguliti permasalahan program Tol Laut yang sebenarnya sudah berjalan dengan baik.
Sekali lagi, menurutnya, permasalahan disparitas harga saat ini berada di sektor perdagangan bukan masuk dalam kategori sektor pengangkutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
- Indonesia Siap Borong Alutsista dari AS
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- 3 Event Balap Akan Digelar di Sirkuit Mandalika di Bulan Juli 2025
- 500 Ribu Orang Terdampak Aksi Mogok Petugas di Bandara Prancis
- 29 Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Masih Belum Ditemukan, SAR Lanjutkan Pencarian
- Gempa Jepang: Warga Panik dengan Ramalan Komik Manga, Pemerintah Setempat Bantah Ada Keterkaitan
- Kebakaran di California AS Meluas hingga 70.800 Hektare Lahan
- 1.469 Guru Siap Mengajar di 100 Sekolah Rakyat
- Hamas Sambut Baik Rencana Gencatan Senjata dengan Israel
Advertisement
Advertisement