Pasar Teknologi China Tetap Berkilau meski Diganggu Perang Dagang
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pasar teknologi China tetap bersinar meski diganggu perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Menurut indeks Bank of America Merrill Lynch, investor kredit yang membeli obligasi teknologi China pada awal tahun kini memiliki imbal hasil 13%, lebih tinggi dari sektor lainnya.
Raksasa industri teknologi China mulai dari JD.com, Inc. hingga Tencent Holdings Ltd. dan Sunny Optical Technology Group Co memiliki keuntungan paling tinggi dengan aset gabungan senilai US$192 miliar yang dikelola oleh manajer aset asal Swiss, Pictet Asset Management Ltd.
Advertisement
Dengan perang dagang yang membebani ekonomi dan pasar teknologi global secara khusus, kondisi ini mungkin tampak kontraintuitif.
Menurut Thomas Wu, Kepala Fixed Income Asia di Pictet, Sunny Optical, JD.com dan Tencent adalah contoh perusahaan China yang tangguh dalam menghadapi ketegangan perang dagang.
Padahal, sambung Thomas, Tidak ada negara Asia yang benar-benar kebal terhadap konflik perdagangan AS-China.
"Sektor teknologi-internet sangat defensif dalam hal penanganan risiko dalam perang perdagangan," katanya, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (29/10/2019).
Analis Bloomberg Intelligence Charles Shum. mengungkapkan meskipun tarif perdagangan telah memaksa beberapa pembuat komponen seperti Sunny Optical untuk mendirikan pabrik di luar China, pendapatan mereka masih sangat bergantung pada permintaan pelanggan dalam negeri.
Konsumen domestik menyumbang 84% dari pendapatan Sunny Optical tahun lalu, sementara ekspor ke AS hanya menyumbang 2,1%.
Untuk pengecer online seperti JD.com dan raksasa internet Tencent, permintaan domestik menyumbang setidaknya 97% dari pendapatan mereka pada tahun 2018.
Obligasi dalam denominasi dolar AS yang jatuh tempo pada 2026 dan 2027 telah memberikan imbal hasil setidaknya 18% tahun ini, mengalahkan 10% di pasar negara berkembang Asia, menurut indeks Bloomberg Barclays.
Permintaan domestik menyumbang lebih dari setengah dari pendapatan perusahaan tahun lalu.
Sementara itu, regulator AS akan melakukan pemungutan suara bulan depan terkait proposal untuk mencegah belanja subsidi pemerintah digunakan pada pembelian peralatan dari Huawei.
Pada Mei 2019, pemerintahan Presiden AS Donald Trump membatasi perusahaan-perusahaan AS melakukan bisnis dengan raksasa teknologi China, tetapi larangan tersebut telah dicabut dengan dikeluarkannya izin sementara yang memungkinkan sejumlah kegiatan jual beli antar bisnis.
"Untuk mendapatkan keuntungan terbaik dari investasi dalam obligasi korporasi China, sektor teknologi perlu difokuskan secara internal agar terhindar dari dampak eskternal," kata Leo Hu, manajer portofolio senior untuk utang hard-currency pasar berkembang di NN Investment Partners Ltd.,
Dia juga beranggapan bahwa Amerika Serikat belum akan memangkas tarif terhadap impor China dalam waktu dekat.
Menurut Hu, perusahaan-perusahaan yang fokus di indsutri teknologi tertentu serta sektor konsumer akan menjadi faktor pendukung bagi pertumbuhan kredit China.
Dia menambahkan bahwa populasi China yang besar serta ekosistem industri yang mapan akan mendukung sektor teknologinya.
BLACKLIST AS
Di luar negeri, perusahaan-perusahaan China masih mengupayakan untuk menghindari sanksi blacklist yang dijatuhkan oleh Washington beberapa waktu lalu atas dasar keamanan nasional.
Co-founder dari China's SenseTime Group Ltd., Xu Bing, sadar bahwa perusahaannya rentan dengan meningkatnya ketegangan antara China dan AS, tetapi dia tidak menyangka sanksi akan dijatuhkan secepat itu.
Awal bulan lalu, Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa ada tujuh perusahaan teknologi swasta China yang dilarang melakukan kegiatan jual beli komponen, seperti semikonduktor, kepada perusahaan AS.
China berusaha untuk berevolusi secara ekonomi dengan bergerak melampaui keahliannya di bidang manufaktur dengan harapan menjadi pelopor teknologi, dan mendominasi bidang-bidang utama seperti kecerdasan buatan (AI).
Sementara itu, pemerintahan Donald Trump semakin bersikeras untuk menahan kebangkitan China, dengan alasan bahwa perusahaan seperti Huawei Technologies Co. mencuri kekayaan intelektual dan mengancam keamanan nasional, sedangkan startup seperti SenseTime dan Megvii Technology Ltd. dianggap terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang.
SenseTime, startup AI dengan valuasinya terbesar yakni US$7,5 miliar, sedang berusaha untuk meyakinkan para investor, karyawan, dan pelanggan.
Perusahaan ini terdiri dari sejumlah akademisi yang memutuskan untuk mengkomersilkan teknologi ciptaan mereka pada 5 tahun lalu dan berhasil menarik perhatian dari pemerintah AS dan China untuk aplikasi pengintainya.
Sekarang, mereka berencana untuk menggeser bisnis dari produksi perangkat keras, yang membutuhkan chip dari AS, dan fokus pada perangkat lunak untuk sistem pengenalan wajah dan aplikasi lainnya.
Megvii, startup AI lain yang masuk dalam blacklist, berencana untuk terus maju dengan rencana IPO, dan secara efektif menguji apakah investor akan mengambil risiko sanksi tersebut.
Megvii juga mengungkapkan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan dan berencana untuk melawan sanksi Washington.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Catatan Hitam Pilkada, Pelajar Meninggal Dunia dalam Kericuhan Saat Kampanye Terbuka di Bima
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Presiden Filipina Sebut Upaya Banding Vonis Mary Jane Jadi Penjara Seumur Hidup Berhasil
- Puncak Arus Mudik Liburan Natal Diprediksi Terjadi pada 24 Desember
- Pekan Depan Dipanggil, Firli Bahuri Diminta Kooperatif
- Libur Natal dan Tahun Baru, Potensi Pergerakan Orang Diprediksi Mencapai 110,67 Juta Jiwa
Advertisement
Advertisement