Advertisement
Kekayaan Kraton: Digitalisasi Jadi Solusi Penyelamatan Manuskrip Kuno yang Tersebar di Inggris & Belanda

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Digitalisasi menjadi solusi untuk merawat naskah-naskah bersejarah milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang saat ini tersebar di Inggris dan Belanda. Saat ini sekitar 75 manuskrip mulai disimpan secara digital.
"Digitalisasi naskah kuno ini sebagai titik awal mengembalikan manuskrip dari sejumlah negara. Kraton mencoba mengumpulkan jejak sejarah yang selama ini hilang. Hal ini yang perlu dibanggakan masyarakat," kata Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya Kraton Ngayogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Ketua Panitia Mangayubagya 30 Tahun Masehi Sri Sultan HB X ini mengatakan dampak peristiwa Geger Sepehi pada 1812 silam membuat ribuan naskah milik Kraton hilang. Tidak sedikit dari ribuan naskah milik Kraton yang dibawa ke Inggris dan Belanda sejak peristiwa tersebut. "Sejak peristiwa Geger Sepehi, dari ribuan naskah, saat itu hanya tersisa tiga [yang masih disimpan Kraton]," ungkapnya.
Putri bungsu Sri Sultan HB X itu tak mengungkap berapa jumlah pasti naskah kuno Kraton yang kini tengah dikumpulkan kembali. Namun, saat ini ada 600 naskah kuno yang tersimpan di Kraton. Sebanyak 400 naskah yang berisi tentang pemerintahan berada di Perpustakaan Widyo Budoyo dan 200 naskah tentang kesenian berada di Perpustakaan Krido Mardowo. Manuskrip itu dikumpulkan dan disimpan di sebuah perpustakaan digital khusus manuskrip agar lebih mudah diakses masyarakat.
Meski begitu, katanya, tidak semua manuskrip dapat diakses masyarakat karena ada beberapa yang sifatnya rahasia dan hanya bisa diakses kalangan kraton. "Dari manusrkip kuno yang telah didigitalkan itu, sebanyak kurang lebih 10 persennya akan dipamerkan dalam peringatan 30 tahun bertakhtanya Sultan HB X,” ujarnya.
Guna mengupas manuskrip Kraton, Kraton menggelar Simposium Internasional Budaya Jawa dan Naskah Kraton Yogyakarta pada 5-6 Maret 2019 di The Kasultanan Ballroom, Royal Ambarrukmo Yogyakarta.
Ketua Pelaksana Simposium Internasional GKR Hayu mengatakan simposium tersebut mengangkat tema Budaya Jawa dan Naskah Kraton Yogyakarta. Simposium tersebut mengupas empat topik utama. Pertama, persoalan sejarah berkaitan dengan peristiwa Geger Sepehi. Kedua, filologi pascageger Sepehi. Ketiga, pertunjukan seni dan naskah kraton. Keempat, topik sosial budaya.
“Tujuannya untuk membuka kembali pengetahuan tentang sejarah Jawa yang telah lama hilang,” kata Hayu.
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, katanya, sudah mencoba mendapatkan naskah kuno yang tersimpan di British Library. Hasilnya sejumlah naskah berbentuk digital akan diserahkan ke Kraton. Berbagai naskah itulah yang akan dibahas dalam simposium dan ditampilkan dalam pemeran naskah. Misalnya manuskrip Teaching of Hamengku Buwono (HB) I yang berisi tentang cara memimpin dan pelajaran-pelajaran yang diajarkan raja pertama Kraton Mataram tersebut. Naskah kuno tersebut selama ini hilang dan baru ditemukan di British Library di Inggris.
Tak hanya simposium, Kraton juga menggelar pameran manuskrip. Selain pameran naskah dalam bentuk fisik, sejumlah naskah yang diserahkan British Library akan ditampilkan dalam bentuk digital. Naskah-naskah tersebut akan dipamerkan di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Keraton mulai 7 Maret hingga 7 April 2019.
Misalnya karya Sri Sultan Hamengku Buwono V seperti babad, serat, dan cathetan warni-warni dari perpustakaan kraton, KHP Widyabudaya. Naskah-naskah bedhaya, srimpi, dan pethilan beksan, serta cathetan gendhing berasal dari koleksi KHP Kridhamardawa. Sejumlah koleksi dari Bebadan Museum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga turut dipamerkan untuk mendukung visualisasi naskah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tok! Bunga KPR Subsidi Tetap 5 Persen
- Kuasa Hukum Ungkap Banyak Kejanggalan Terkait Kasus Pembunuhan Kacab Bank
- Daftar Lengkap Menteri dan Wamen Baru di Kabinet Merah Putih Prabowo
- Reshuffle Kabinet Prabowo, Ini Daftar Menteri dan Pejabat Baru
- Farida Farichah, Aktivis NU Berusia 39 Tahun yang Jadi Wamenkop
Advertisement

Sultan HB X Jelaskan Roadmap Pariwisata Jangka Panjang 2045, Ini Isinya
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 7 Tuntutan Demo Ojol Hari Ini, Hapus Multi Order hingga Copot Menhub
- Tiga Tersangka Korupsi Sritex Dilimpahkan ke Kejari Surakarta
- Kawal Demo Pengemudi Ojol, 6.118 Personel Gabungan Dikerahkan
- Kecelakaan Maut di Lereng Gunung Bromo, Jalur Penyelamat Perlu Ditambah
- Zulhas Dorong Pembentukan Kopdes Merah Putih di Pesantren
- Lelang KPK Terhadap Barang Rampasan Digelar, Ini Linknya
- Prabowo Dikabarkan Gelar Pelantikan Menteri Hari Ini
Advertisement
Advertisement