Advertisement

Prevalensi Balita Stunting dan Kurus Masih Tinggi di Indonesia

Newswire
Senin, 28 Januari 2019 - 06:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Prevalensi Balita Stunting dan Kurus Masih Tinggi di Indonesia Ilustrasi anak/anak. Nur Uswatun Khasanah

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mensosialisasikan pentingnya gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan dalam upaya penanggulangan stunting kepada masyarakat Sleman di lapangan Denggung, Minggu (27/1/2018). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke-59 tahun 2019.

Sosialisasi tersebut dikemas melalui pagelaran drama tematik yang mengusung tema “Gerakan Ayo Menimbang Cegah dan Atasi Stunting Gambang Stunting" serta dengan mengkampanyekan makan buah dan sayur.  

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, mengatakan sosialisasi yang dikemas dengan menarik ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia.

“Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi balita stunting dan kurus masih tinggi di Indonesia yaitu balita stunting sebanyak 30,8 persen dan balita kurus 6,7 persen. Sedangkan di Kabupaten Sleman 2018 menunjukkan prevalensi balita stunting 11,00 persen, balita gizi kurang 7,32 persen dan balita kurus 3,97 persen dimana secara statistik, angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017,” kata Joko melalui keterangan tertulis kepada Harian Jogja, Minggu (27/1).

Joko juga mengatakan dalam rangka mengatasi permasalahan gizi tersebut, salah satu prioritas pembangunan kesehatan Indonesia dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi khususnya stunting.

Stunting ini terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan, kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit, dan daya saing rendah.

Joko juga mengatakan jawatannya juga mengkampanyekan makan buah dan sayur, konsultasi gizi, serta pemerikasaan kesehatan (tensi, IMT, gula darah) sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit menular.

Sementara itu, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun yang berkesempatan hadir serta turut andil dalam drama tematik tersebut menilai bahwa penyelenggaraan kegiatan sosialisasi dan edukasi penanggulangan stunting dan pencegahannya ini sangatlah penting.

“Ini [sosialisasi dan edukasi] penting sekali, mesikpun stunting di Kabupaten Sleman sudah sangat rendah dibandingkan dengan angka nasional, tetapi mempertahankan kalau perlu zero stunting  di Kabupaten Sleman,” tutur Sri Muslimatun usai mengikuti drama tematik.

Sri Muslimatun mengatakan bahwa untuk pencegahan stunting bisa dilakukan dengan cara menimbang setiap bulan dan yang paling penting yaitu pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.

Stunting  ini bisa dicegah melalui periksa minimal 4 kali di Puskemas atau pelayanan kesehatan dan menimbang setiap bulan di Posyandu dengan membawa buku KIA karena nantinya akan ditulis timbangannya. Setiap bulan harus naik timbangannya. Kalau tidak naik, maka akan dilakukan konseling gizi supaya bayi yang dilahirkan tidak stuntin,” tutup Sri Muslimatun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : okezone.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement