Advertisement

Menag Lukman Hakim: Sisi Agama Penting Dibawa ke Politik

Nur Faizah Al Bahriyatul Baqiroh
Kamis, 27 Desember 2018 - 14:17 WIB
Nina Atmasari
Menag Lukman Hakim: Sisi Agama Penting Dibawa ke Politik Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin - ANTARA/M Agung Rajasa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA -Sisi keagamaan dalam berpolitik merupakan hal yang penting. Karenanya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai bahwa membawa agama dalam berpolitik itu penting.

Hal itu di sampaikan Lukman saat mengisi Dialog Agama dan Kebangsaan yang digelar Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Utara di Tanjung Selor,  Rabu (26/12/2018).

Advertisement

"Sisi dalam agama wajib dibawa ke ranah politik. Itu harus diperjuangkan dalam ranah politik," kata Lukman, dikutip dari laman resmi kemenag.go.id, Kamis (27/12/2018).

Agama, ujar Menag, memiliki dua sisi, yakni sisi luar (eksoterik) dan sisi dalam (esoterik). Sisi luar agama mencerminkan keragaman ritual, misalnya terkait tata cara ibadah.

Sedangkan sisi dalam terkait nilai-nilai substantif keagaman, antara lain: keadilan, menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan, serta menjunjung hak asasi manusia (HAM). 

"Agama hadir untuk memanusiakan manusia," lanjutnya.

Menurut Menag tidak ada agama yang mengajarkan perselisihan. Semua agama mengajarkan kedamaian dan kasih sayang.

"Karenanya, tidak ada alasan, sebesar apa pun perbedaan yang terjadi  lalu hal itu menyebabkan umat saling merendahkan, bahkan saling meniadakan eksistensi kemanusiaan," kata Lukman.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher mengingatkan bahwa Indonesia tidak perlu diributkan dengan masalah pandangan agama yang berbeda. Sebab, hal itu bagian dari sunnatullah. 

"Agama datang untuk memberi harmoni kehidupan. Agama memberi yang terbaik buat kita untuk mengasah batin," tutur Ali.

Gubernur Kaltara Irianto Lambrie juga mengajak tokoh agama untuk lebih memahami konteks dan tantangan kehidupan agama masa kini.

Irianto mengatakan penting bagi para tokoh agama untuk mengikuti perkembangan zaman agar bisa memberi bekal umat untuk menghadapi tantangan di masa depan.

"Kita saat ini menghadapi disrupsi. Kita sering tidak sadar dan tidak siap menghadapinya. Akibatnya gagal paham dan menimbulkan sesat pikir," ujar Irianto.

"Tokoh agama perlu memahami disrupsi, dan revolusi industri 4.0 sehingga bisa disisipkan dalam ceramahnya. Dengan demikian, umat bisa memahami dan siap menghadapi [perubahan zaman]," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pengalaman Menginap yang Berkesan di THE 101 Yogyakarta Tugu

Jogja
| Minggu, 10 Desember 2023, 20:57 WIB

Advertisement

alt

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul

Wisata
| Rabu, 06 Desember 2023, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement