Advertisement

KAMPUS JOGJA : Mahasiswa Queensland Tertarik Pelajari Pertanian di Indonesia, Ini Alasannya

Redaksi Solopos
Sabtu, 25 Juli 2015 - 02:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
KAMPUS JOGJA : Mahasiswa Queensland Tertarik Pelajari Pertanian di Indonesia, Ini Alasannya Warga menanam padi di dasar salah satu areal Rawa Pening yang mengering di Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/7/2015). Setiap memasuki kemarau, warga memanfaatkan areal Rawa Pening yang mengering untuk bercocok tanam padi dengan waktu tanam selama tiga bulan untuk sekali panen. (JIBI/Solopos/Antara - Aditya Pradana Putra)

Advertisement

Kampus Jogja, UGM menerima 20 mahasiswa Universitas Queensland, Australia untuk mempelajari pertanian tropis.

Harianjogja.com, SLEMAN - Sebanyak 20 mahasiswa strata satu School of Agriculture and Food Sciences Faculty of Science, University of Queensland, Australia, mengikuti program pertanian tropis di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan sekitarnya.

Advertisement

"Kegiatan tersebut terdiri atas kuliah tentang pertanian, peternakan, kehutanan, dan teknologi pertanian oleh dosen-dosen UGM dan kunjungan lapangan ke berbagai bentuk pertanian di DIY dan Jateng," kata koordinator program Siti Subandiyah di Yogyakarta, Jumat (24/7/2015).

Menurut dia, bagi mahasiswa UQ, pertanian di DIY dan Jateng yang merupakan "small holder farm" adalah suatu model pertanian yang unik dan sangat berbeda dengan pertanian di Australia yang umumnya seorang petani atau sebuah keluarga petani mengelola minimal 150 hektare lahan pertanian dan selalu merupakan bisnis pertanian.

Hal yang menarik bagi mereka antara lain budi daya padi di DIY dan Jateng dengan petak-petak sawah yang kecil namun dalam setahun mampu menanam sebanyak tiga kali dengan produksi sekitar 6-7 ton/hektare/musim atau sekitar 20 ton/hektare/tahun, sedangkan di Australia produktivitas dapat mencapai 12 ton/hektare/tahun dengan hanya sekali musim tanam.

"Kalau produktivitas padi sebanyak 12 ton/hektare/musim tanam di Australia diadopsi oleh petani di Indonesia maka kemungkinan besar impor beras tidak akan diperlukan lagi," kata dosen Fakultas Pertanian UGM itu.

Ia mengatakan selama program itu berlangsung, mahasiswa UQ juga didampingi oleh sejumlah mahasiswa UGM sehingga terbentuk jaringan komunikasi di antara kedua generasi muda dari kedua negara tersebut.

Rombongan mahasiswa UQ tersebut juga didampingi Professor of Agricultural Development, Deputy Head, School of Agriculture and Food Sciences UQ Rob Cramb, Associate Max Shelton, Asisten Lecturer Heyley Giles, dan administration officer Sharon Weatherbay.

"Program kerja sama internasional semacam itu diharapkan akan sangat bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran dan pendidikan bagi para mahasiswa dan juga berlanjut dengan terbentuknya kerja sama riset di antara para dosen di kedua universitas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Penyair Joko Pinurbo Wafat, Jenazah Disemayamkan di PUKJ Bantul

Bantul
| Sabtu, 27 April 2024, 11:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement