Advertisement
Pengamat : Intelijen Asing Tak Suka Jokowi Bertemu Alumni 212
Ilustrasi: Foto aerial ribuan umat Islam melakukan dzikir dan doa bersama di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12). - Antara/Sigid Kurniawan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo belum lama ini bertemu dengan Persaudaraan Alumni 212 yang selama ini getol mempersoalakan kasus penistaan agama yang melibatkan mantan Guubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama.
Terkait dengan pertemuan itu, sebuah analisis dilontarkan pengamat intelijen Ridlwan Habib terkait pertemuan antara Presiden Jokowi dan Persaudaraan Alumni 212.
Advertisement
Ridlwan Habib mengatakan pihak intelijen asing tidak suka dengan pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni 212 yang menciptakan suasana bangsa menjadi sejuk.
"Yang paling tidak suka dengan pertemuan itu adalah intelijen asing. Mereka tidak suka Indonesia rukun dan damai," kata Ridlwan Habib di Jakarta, Jumat (27/4/2018).
BACA JUGA
Sebelumnya Presiden Jokowi bertemu dengan Persaudaraan Alumni 212 untuk mendengarkan saran dari para tokoh ulama tersebut, sekaligus menciptakan suasana sejuk menjelang Pilkada, Pileg dan Pilpres.
Menurut Ridlwan, ada indikasi operasi intelijen asing yang berusaha membuat Pilpres keruh dan penuh pertikaian.
"Pak Jokowi akrab dengan ulama 212, suasana jadi sejuk, tapi ada pihak-pihak yang tidak suka dengan Indonesia yang damai," kata dia.
Ridlwan menyebut operasi intelijen itu sebagai foreign black propaganda operation yang menginginkan situasi Pilpres kacau sehingga rezim Jokowi kalah.
"Salah satu sebabnya karena selama Jokowi menjabat, kepentingan asing yang melakukan operasi hitam ini sangat dirugikan," kata Ridlwan.
Alumni S2 Kajian Intelijen UI itu menyebut, operasi intelijen asing itu melibatkan dunia siber atau media sosial dan secara terus-menerus melakukan provokasi dan adu domba.
Operasi intelijen itu sebagai foreign black propaganda operation yang menginginkan situasi Pilpres kacau.
Indikasinya, yakni adanya upaya keras membenturkan antarkelompok politik dengan cara meniupkan isu di medsos dengan akun anonim.
Selain itu intelijen asing ini juga menggunakan portal-portal berita tidak jelas yang memiliki alamat internet protocol (IP address) yang disamarkan atau berada di luar negeri.
Metode yang dilakukan intelijen asing ini, kata dia, antara lain dengan menggunakan teknik disinformasi, yakni melempar isu hoaks, sehingga publik terpengaruh dan kemudian kelompok ini menghilangkan jejak. Langkah itu diulang secara terus-menerus.
"Banyak masyarakat awam yang terpancing tanpa sadar. Apalagi mereka juga melibatkan aset-aset orang Indonesia yang beroperasi dengan grup Whatsapp," kata Ridlwan.
Dia mengatakan selain tidak suka dengan kerukunan antarkelompok, operasi intelijen asing ini juga menggunakan sentimen ras yang masif.
"Cek di medsos, video-video tentang tenaga kerja asing lama, tiba-tiba muncul lagi dan disebarkan oleh akun anonim," katanya.
Ridlwan meyakini aparat kontra intelijen Indonesia sudah melakukan antisipasi menghadapi serangan itu. Namun upaya aparat perlu mendapat dukungan masyarakat luas.
"Sebelum menyebarkan informasi, cek ulang sumbernya dan berhati-hati jika menyangkut SARA. Saya yakin operasi intelijen asing ini akan gagal, dan Indonesia dapat mengikuti pemilu dengan baik, aman dan damai," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Modus Bukti Transfer Palsu, Polsek Kretek Tangkap Pelaku di Bekasi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi PSG vs Tottenham di Liga Champions, Les Parisiens Diunggulkan
- DWS Desak Kementerian PU Bangun Ulang Jembatan Kewek di Jogja
- Prediksi Liverpool vs PSV: The Reds dalam Tekanan Berat
- Guru Honorer Sleman Bertahan dengan Jadi Pelatih Voli
- Banjir Aceh: Ribuan Warga Mengungsi, Desa Terisolasi
- Gol Bunuh Diri Warnai Laga Timnas Putri vs Nepal di Sleman
- DPRD-Pemda DIY Sepakati RAPBD 2026, Fokus Desa dan Lapangan Kerja
Advertisement
Advertisement




