Advertisement

Mengenal Virus Langya, Virus dari Hewan yang Kembali Merebak

Lajeng Padmaratri
Minggu, 14 Agustus 2022 - 17:37 WIB
Bhekti Suryani
Mengenal Virus Langya, Virus dari Hewan yang Kembali Merebak Ilustrasi. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Baru-baru ini, dilaporkan bahwa virus novel Langya henipavirus ditemukan pada 35 pasien di Provinsi Shandong dan Henan di China bagian timur. Sebagian besar pasien mengeluhkan sejumlah gejala seperti demam, lemas, dan batuk.

Mereka diperkirakan tertular virus ini dari binatang. Peneliti mendeteksi virus ini banyak ditemukan pada sejenis tikus atau celurut. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa virus Langya dapat ditularkan antar-manusia.

Advertisement

Temuan ini disoroti dalam sebuah laporan yang ditulis oleh para peneliti dari China, Singapura, dan Australia dan diterbitkan di New England Journal of Medicine (NEJM) bulan ini.

Salah satu peneliti, Wang Linfa dari Duke-NUS Medical School di Singapura, mengatakan bahwa kasus Langya yang telah ditemukan tidak fatal, sehingga masyarakat ia himbau agar tidak perlu panik. Meski begitu, ia beranggapan bahwa kewaspadaan masih dibutuhkan karena ada banyak virus lain yang ada di alam liar dan memiliki efek yang tak bisa diprediksi bila menginfeksi manusia.

Meskipun virus baru tidak mungkin berkembang menjadi "peristiwa 'penyakit X' lain," seperti patogen yang sebelumnya tidak diketahui yang memicu epidemi atau pandemi, ia menuturkan kepada CNN bahwa kondisi itu memang menunjukkan bahwa peristiwa limpahan zoonosis seperti itu terjadi lebih sering daripada yang kita pikirkan atau ketahui.

"Untuk mengurangi risiko virus yang muncul menjadi krisis kesehatan, sangat penting untuk melakukan pengawasan aktif dengan cara yang transparan dan kolaboratif internasional," kata Wang dikutip dari CNN.

Petunjuk pertama adanya virus baru muncul ketika seorang petani berusia 53 tahun mencari perawatan di sebuah rumah sakit di kota Qingdao provinsi Shandong pada Desember 2018 dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, batuk dan mual, menurut dokumentasi dari peneliti.

Lantaran pasien menunjukkan bahwa dia melakukan kontak dengan hewan dalam sebulan terakhir, dia terdaftar dalam pemeriksaan tambahan yang dilakukan di tiga rumah sakit di China timur yang berfokus pada mengidentifikasi penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Ketika sampel uji pasien ini diperiksa, para ilmuwan menemukan sesuatu yang tidak terduga, yaitu virus yang belum pernah terlihat sebelumnya, terkait dengan virus Hendra dan Nipah, patogen yang sangat fatal dari keluarga yang biasanya tidak dikenal karena mudah menyebar dari manusia ke manusia.

BACA JUGA: Wow! Ada Gelar Budaya di Kaliurang

Selama 32 bulan berikutnya, para peneliti di tiga rumah sakit menyaring virus ini pada pasien yang sama. Akhirnya peneliti mendeteksinya pada 35 orang, yang memiliki berbagai gejala termasuk batuk, kelelahan, sakit kepala, dan mual, selain demam. 9 dari pasien tersebut juga terinfeksi virus yang diketahui, seperti influenza, sehingga sumber gejalanya tidak jelas, tetapi peneliti yakin gejala pada 26 sisanya mungkin disebabkan oleh virus henipa baru.

Beberapa menunjukkan gejala parah seperti pneumonia atau kelainan trombositopenia, kondisi trombosit darah, menurut Wang, tetapi gejala mereka jauh dari yang terlihat pada pasien Hendra atau Nipah. Selain itu, tidak ada seorang pun di antara kelompok yang meninggal atau dirawat di ICU. Sementara semua pulih, mereka tidak dipantau untuk masalah jangka panjang, tambahnya.

Zoonosis

Secara global, 70% dari penyakit menular yang muncul diperkirakan telah menular ke manusia melalui kontak dengan hewan, dalam sebuah fenomena yang menurut para ilmuwan telah dipercepat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang meluas ke habitat satwa liar.

China telah menyaksikan wabah besar dari virus yang muncul dalam dua dekade terakhir, termasuk SARS pada 2002-2003 dan Covid-19. Keduanya pertama kali terdeteksi di negara itu dan dari virus yang diduga berasal dari kelelawar.

Dampak buruk dari kedua penyakit tersebut, khususnya Covid-19 yang hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 6,4 juta orang di seluruh dunia, menunjukkan pentingnya mengidentifikasi kasus virus baru dengan cepat, dan berbagi informasi tentang potensi risiko.

Para ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini sepakat bahwa lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk memahami virus Langya dan mengkonfirmasi temuan terbaru, dan mengatakan penemuan itu menggarisbawahi pentingnya melacak virus mana yang mungkin menyebar dari hewan ke manusia.

"Karena ini (henipavirus baru) mungkin tidak hanya beredar di China, berbagi informasi ini dan mengizinkan orang lain untuk bersiap-siap atau melakukan penyelidikan lebih lanjut di negara mereka sendiri adalah penting," kata pakar virus baru Leo Poon, seorang profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong yang tidak terlibat penelitian ini.

Para ilmuwan mengatakan pertanyaan kritis perlu dijawab tentang seberapa luas penyebaran virus baru di alam, bagaimana virus itu menyebar ke manusia dan seberapa berbahayanya bagi kesehatan manusia, termasuk potensi penyebarannya di antara manusia.

"Kami sangat meremehkan jumlah kasus zoonosis ini di dunia, dan ini (virus Langya) hanyalah puncak gunung es," kata Poon.

Hingga kini para peneliti mengatakan tidak ada bukti bahwa virus Langya menyebar di antara orang-orang atau menyebabkan wabah lokal dari kasus-kasus terkait. Studi lebih lanjut tentang subset pasien yang lebih besar diperlukan untuk menanggulangi penyebaran virus dari manusia ke manusia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pembangunan TPS Sementara Gadingsari di Bantul Jalan Terus, Lahan Masih Dibersihkan

Bantul
| Rabu, 24 April 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement