Advertisement
Sudah Divaksinasi Masih Bisa Kena Covid-19, Ini Penjelasannya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang bisa tertular Covid-19, meski telah menerima vaksin, salah satunya adalah faktor individu.
"Hal tersebut bisa juga merupakan, apakah itu kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) atau kemudian kondisi tersebut memang tidak dinyatakan secara jujur oleh penerima vaksin," kata Nadia kepada Antara di Jakarta, Sabtu (2/1/2021).
Advertisement
Kasus positif setelah disuntik vaksin Covid-19 itu dialami seorang perawat di Amerika Serikat yang dinyatakan positif setelah delapan hari sebelumnya menerima vaksin Pfizer.
BACA JUGA: Masih Tinggi, Positif Covid-19 di DIY Hari Ini Bertambah 291
Vaksin Pfizer adalah salah satu jenis vaksin Covid-19 yang rencananya digunakan dalam proses vaksinasi di Indonesia, bersama dengan beberapa vaksin lain, seperti Sinovac yang sudah tiba di Indonesia pada Desember 2020, Novavax, dan AstraZeneca.
Penggunaan semua vaksin itu di Indonesia harus mendapatkan izin emergency use authorization (EUA) atau penggunaan dalam masa darurat yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada awal Januari 2021, sudah memberikan persetujuan pemakaian darurat terhadap vaksin Pfizer/BioNTech.
Nadia, yang juga menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung pada Kemenkes, menilai terdapat potensi KIPI seusai vaksinasi. Namun, KIPI biasanya tidak terjadi dalam jumlah yang besar.
"Makanya kita harus betul-betul, satu, jujur mengatakan kondisi kita seperti apa, sehingga kita bukan jatuh pada kondisi orang yang seharusnya tidak menerima vaksin tersebut. Terdapat faktor individu, makanya kita selalu mengantisipasi KIPI," ujarnya.
Selain itu terdapat pula faktor bahwa vaksin Covid-19 harus disuntikkan dua kali, dengan pertimbangan bahwa jika hanya disuntikkan sekali tidak memberikan perlindungan sebesar dua kali suntikan.
"Yang harus kita lihat adalah di dalam uji klinis tahap ketiga atau masalah seperti ini, hal seperti ini secara scientific dibuka. Artinya diinformasikan kepada masyarakat umum, yang kemudian nanti akan menjadi kehati-hatian di negara lain dan tentunya bagaimana kita kemudian men-screeening para penerima vaksin ini," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Banyak Orang Hilang Sejak Aksi Demo, Polda Buka Posko Pengaduan 24 Jam
- Mantan Ketua MA Nepal Ditunjuk Jadi Perdana Menteri Sementara
- Buntut Penggerebekan Pabrik Baterai di AS, Hyundai-LG Tunda Operasional
- BPOM Telusuri Temuan Mi Instan Mengandung Etilen Oksida di Taiwan
- Hore, Bansos Beras 10 Kg Dilanjutkan hingga Desember 2025
Advertisement

Keluarga Korban Nelayan yang Tenggelam di Bantul Terima Santunan BPJamsostek
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
- Tragedi Kebakaran Sumur Minyak Ilegal, Anak Balita Meninggal Dunia
- Bali Siaga Hujan, Wisatawan Disarankan Pantau Cuaca Sebelum Berkunjung
- Puluhan Warga Pamulang Tangsel Mengungsi Pasca Ledakan Misterius
- PBB Ingatkan Tepi Barat Terancam Terbelah akibat Permukiman Israel
- Anggota DPR Minta Prabowo Ambil Kendali Reformasi Polri
- Tolak Anggaran Negara, Polisi Tangkap 675 Demonstran di Paris
- Eks Menag Yaqut Diduga Terima Aliran Dana Korupsi Kouta Haji Lewat Perantara
Advertisement
Advertisement