Advertisement

Ini Kesamaan Pandemi Covid-19 dan Flu Spanyol 1918 Menurut Sejarawan

Newswire
Sabtu, 01 Agustus 2020 - 15:27 WIB
Budi Cahyana
Ini Kesamaan Pandemi Covid-19 dan Flu Spanyol 1918 Menurut Sejarawan Kerabat korban Covid-19 berkabung dalam pemakaman massal korban virus corona di Manaus, Brasil pada 19 Mei. - Andre Coelho/Bloomberg via Getty Images Amerika Selatan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Sejarawan Universitas Indonesia membandingkan dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang sedang melanda dunia mirip dengan kondisi wabah flu spanyol pada 1918 di Indonesia.

"Petugas pemerintah kolonial rutin berkeliling menggunakan mobil untuk menyosialisasikan bahwa penyakit itu mematikan, lebih baik di rumah saja, memakai masker dan menjaga kebersihan," kata Sejarawan Universitas Indonesia Tri Wahyuning M Irsyam, Sabtu (1/8/2020).

Advertisement

Dia menyebut, hal itu dilakukan pemerintah kolonial Hindia Belanda karena tidak semua orang pada saat itu bisa membaca koran dan mendapatkan informasi yang benar.

Cara-cara sosialisasi yang digunakan petugas kolonial agar masyarakat pendudukan tidak menganggap remeh dan tetap waspada terhadap flu spanyol yang sedang mewabah.

Menurutnya, pada saat itu terdapat perbedaan sudut pandang antara pemerintah kolonial dengan masyarakat dalam menanggapi flu spanyol.

"Masyarakat memandang penyakit tersebut bersumber dari alam seperti debu, angin dan lain-lain. Sementara pemerintah kolonial melihat sumber penularan berasal dari luar, yaitu orang-orang pendatang yang menjadi pembawa virus," tuturnya.

Dia menambahkan, pada masa awal flu spanyol terjadi, hampir tidak ada yang siap menghadapi wabah tersebut. Ketidaksiapan itu terlihat dari penanganan yang lamban.

Ketika wabah penyakit itu mulai terjadi, dan beberapa orang mulai memperlihatkan gejala-gejala tertentu, para petinggi sejumlah negara seolah-olah abai dengan fenomena yang terjadi di masyarakat.

"Karena tidak mendapat tanggapan, pemerintah kolonial di daerah akhirnya menjadi panik dan menyerahkan kepada masyarakat agar bertindak sendiri," tuturnya.

Masyarakat akhirnya lebih mengedepankan upaya pengobatan tradisional. Di dalam Serat Centini disebutkan sejumlah bahan-bahan alami seperti jamu yang kerap digunakan sebagai pengobatan.

Sementara itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat terdapat 22 provinsi yang tidak mengalami penambahan kasus meninggal akibat virus Corona (Covid-19) pada Jumat (31/7/2020).

Akumulasi korban meninggal akibat Covid-19 mencapai 5.131 orang.

Adapun, 22 provinsi yang tidak memiliki kasus meninggal pada hari ini antara lain adalah Aceh, Bali, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

Selanjutnya, Sulawesi Tengah, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo.

Sementara itu, kasus meninggal tersebar di 12 provinsi yaitu Banten satu orang, DIY 1 kasus, DKI Jakarta 14 kasus, Jawa Tengah (18), Jawa Timur (21), dan Kalimantan Timur dua orang.

Selain itu, Kalimantan Tengah juga mencatatkan kasus meninggal mencapai 3 orang, Kalimantan Selatan (1), Nusa Tenggara Barat (2), Sumatera Barat (1), Sulawesi Utara (3) dan Sumatera Utara enam orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kirab Pengantin Tebu di Pabrik Gula Madukismo

Bantul
| Selasa, 23 April 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement