Advertisement
Disorot Media Asing Ternama, Indonesia Terburuk se-Asia Tenggara dalam Penanganan Corona
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Kinerja pemerintah Indonesia menangani pandemi Covid-19 mendapat sorotan negatif dari media asing ternama.
Indonesia disebut sebagai negara yang sistem penanganan wabah virus Corona Covid-19 paling buruk di Asia Tenggara, dengan angka penularan virus mencapai 74.000 kasus dan 3,5 ribu kematian.
Advertisement
Dalam laman daring prestisius The Guardian edisi Minggu (12/07/2020), kalung anticorona keluaran Kementerian Pertanian turut jadi sorotan dan dianggap salah satu faktor yang memperburuk keadaan.
Selain itu, pakar penyakit menular dari Universitas Indonesia Prof Pandu Riono mengatakan, penularan akan terus meningkat kecuali masyarakat didesak untuk mengikuti rekomendasi jarak fisik.
Presiden Jokowi sempat memberi peringatan keras pekan lalu ketika kasus virus corona meningkat tajam.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja sama dan mengikuti langkah-langkah pencegahan virus.
Longgarnya pembatasan sosial juga mendapat sorotan tajam. Bali sudah membuka bandara untuk wisatawan domestik dan berencana untuk membuka pintu internasional bagi tamu mancanegara.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Denpasar, Dr I Gusti Agung Ngurah Anom mengaku khawatir dengan rencana pemerintah ini. "Jumlah kasus melonjak tapi kami belum tahu kapan akan memuncak," katanya.
Ia juga mengatakan staf medis selalu bersiaga dengan APD yang artinya mereka bekerja sambil kesulitan makan, minum dan buang air. Beberapa staf ada yang memakai popok untuk mempermudah pergerakan.
Dalam beberapa kasus, pasien kerap menutupi fakta bahwa mereka pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dan ini membuat pemerintah semakin kewalahan.
"Kami berharap pemerintah melakukan lebih banyak pengujian, pengujian dan pengujian, sehingga kami bisa melacak kasus-kasus ini," tambah Ngurah.
Stigma masyarakat terkait virus ini juga memperburuk keadaan. Pada bulan Juni, ratusan pedagang di pasar tradisional di Bali, Sumatra dan Jakarta menolak untuk diuji agar bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
Tantangan lain datang dari prosesi pemakaman muslim yang memandikan jenazah sebelum dimakamkan. Seorang dokter spesialis paru-paru di Surabaya bernama Arief Bakhtiar mengungkapkan pengalamannya.
"Ada seorang wanita meninggal karena virus corona, tapi semua anak tidak terima. Mereka melanjutkan upacara pemakaman secara keagamaan. Setelah dua minggu, dua anggota keluarga mereka meninggal, diduga dari Covid-19," ujarnya.
Sementara itu, WHO mendesak pemerintah untuk memprioritaskan tes bagi pasien yang diduga memiliki virus, bukan orang yang sedang memulihkan diri karena angka kematian untuk kelompok ini sangat tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penetapan Pilpres oleh KPU, Gibran: Nanti Ada Beberapa Pertemuan
- Tiga Hakim MK Ajukan Pendapat Berbeda dan Minta Pemungutan Ulang di Empat Daerah
- PBNU: Kami Ucapkan Selamat Kepada Pasangan Prabowo-Gibran Atas Kemenangannya
- Tudingan Jokowi Cawe-cawe Pilpres Lewat Penjabat Daerah Tak Terbukti, Berikut Dalil Putusan MK
- Lima Polisi di Cimanggis Ditangkap karena Penyalahgunaan Narkoba
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mensos Risma Janjikan Pemasangan Alarm Bahaya Bencana di Kawasan Semeru
- Kemenlu RI Pastikan Tak Ada WNI Terdampak Gempa Magnitudo 5,5 Taiwan
- PDIP Gabung Pemerintah atau Oposisi Akan Ditentukan di Rakernas
- Dataran Tinggi Dieng Diajukan sebagai Geopark Nasional
- Jokowi dan Gibran Bukan Bagian dari PDIP, Komarudin Watubun: Orang Sudah di Sebelah Sana
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Presiden: Ini Penting bagi Pemerintah
- Lima Polisi Terlibat Kasus Narkoba, Kompolnas: Atasan Langsung Juga Harus Diperiksa
Advertisement
Advertisement