Advertisement
Rusia Akan Tiru AS Terkait Pengembangan Rudal Nuklir Darat

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa Moskow akan mulai mengembangkan rudal nuklir darat dan jarak menengah jika Amerika Serikat (AS) mulai melakukan hal yang sama setelah perjanjian soal pengawasan senjata gagal.
AS secara resmi meninggalkan perjanjian Intermediate Nuclear Forces (INF) dengan Rusia pada hari Jumat setelah menyatakan bahwa Moskow telah melanggar perjanjian tersebut. AS juga menuding Rusia telah mengerahkan satu jenis rudal yang dilarang meski tuduhan itu dibantah Kremlin.
Advertisement
Perjanjian itu melarang rudal darat dengan jangkauan antara 310 dan 3.400 mil (500-5.500 km) selain sepakat untuk mengurangi kemampuan kedua negara untuk meluncurkan serangan nuklir dalam waktu singkat.
Putin kemarin memerintahkan kementerian pertahanan dan luar negeri dan dinas intelijen luar negeri Rusia SVR untuk memantau dengan cermat setiap langkah yang diambil AS untuk mengembangkan, memproduksi atau menyebarkan rudal yang dilarang berdasarkan perjanjian yang duah tidak berlaku.
"Jika Rusia mendapatkan informasi yang dapat dipercaya bahwa Amerika Serikat telah selesai mengembangkan sistem ini dan mulai memproduksinya, Rusia tidak akan memiliki pilihan selain untuk terlibat dalam upaya skala penuh untuk mengembangkan rudal yang sama," kata Putin dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuter, Selasa (6/8/2019).
Para pejabat AS mengatakan pihaknya akan melakukan uji terbang pertama dari rudal jarak menengah dalam beberapa bulan mendatang. Langkah itu merupakan balasan atas langkah yang diambil Rusia.
Putin mengeluarkan peringatannya setelah mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan Rusia guna membahas langkah AS.
Putin mengatakan persenjataan rudal udara dan laut Rusia telah dikombinasikan dengan pengembangan rudal hipersonik untuk mengimbangi ancaman yang berasal dari Amerika Serikat untuk saat ini.
Akan tetapi, dia mengatakan sangat penting bagi Moskow dan Washington, kekuatan nuklir terbesar di dunia, untuk memulai kembali perundingan pengendalian senjata.
Tujuannya untuk mencegah apa yang dia sebut sebagai perlombaan senjata yang "membahayakan dunia".
"Untuk menghindari kekacauan tanpa aturan, batasan atau undang-undang, kita perlu sekali lagi mempertimbangkan semua konsekuensi berbahaya dan meluncurkan dialog serius dan bermakna yang bebas dari ambiguitas apa pun," kata Putin.
Pejabat dari pemerintahan Presiden Donald Trump, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Rusia telah mengerahkan "banyak batalyon" rudal jelajah di seluruh Rusia yang melanggar pakta, termasuk di Rusia barat "dengan kemampuan untuk menyerang target kritis Eropa" .
Rusia membantah tuduhan itu, mengatakan jangkauan rudal menempatkannya di luar perjanjian dan menolak permintaan AS untuk menghancurkan rudal baru, Novator 9M729, yang dikenal sebagai SSC-8 oleh aliansi militer Barat NATO .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC Indra Utoyo Dipanggil KPK
- Menkop Nyatakan Satu Kopdes Merah Putih Bisa Gerakkan 15 Orang
- Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
- Cak Imin Ingin Rp200 Triliun Bisa Dinikmati UMKM
- Aturan dan Petunjuk Teknis Pelantikan PPPK Paruh Waktu
Advertisement
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Transparansi Pemilu, DPR Pertanyakan Dokumen Capres yang Dibatasi
- 600 Ribu Rekening Bermasalah Bisa Dapat Bansos, Ini Syaratnya
- Menteri Koperasi Minta Tambahan Anggaran untuk Kopdes Merah Putih
- Kemenag dan Kemenkes Perkuat Program Pesantren Sehat
- Malaysia Serukan Negara Dunia Akhiri Hubungan dengan Israel
- 100 Ribu WNI di AS Belum Lapor ke Kedutaan
- Mahmoud Abbas Desak Internasional Bertanggungjawab Atas Kejahatan Israel
Advertisement
Advertisement