Advertisement
Sering Diguncang Gempa, Jumlah Sirine Peringatan di Jateng Belum Ideal

Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG--Alat pendeteksi berupa sirine peringatan akan bahaya tsunami di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah (Jateng) masih sangat minim. Padahal di perairan selatan Jawa sering terjadi gempa dalam beberapa pekan terakhir. Gempa ini juga berpotensi tsunami.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana menyebutkan di sepanjang garis pantai selatan Jateng saat ini hanya terdapat 69 alat sirine pendeteksi tsunami yang terpasang. Jumlah itu dirasa masih sangat minim mengingat kebutuhan ideal mencapai 144 buah.
Advertisement
“Idealnya Jateng punya 144 alat pendeteksi tsunami. Itu kan alatnya dipasang mengapung di sejumlah titik yang dianggap rawan tsunami. Nanti akan mengeluarkan bunyi jika ada potensi tsunami. Nah di Jateng baru ada 69 alat yang sudah terpasang,” ujar Sarwa saat dijumpai Semarangpos.com, Jumat (11/1/2019).
Sarwa menyebutkan 69 sirine itu terpasang di wilayah Kabupaten Cilacap sebanyak 47 unit, Purworejo 12 unit, dan Kebumen 10 unit. Sementara di wilayah Kabupaten Wonogiri belum ada sama sekali.
“Peralatan itu yang menyediakan pemerintah pusat. Seharusnya di semua lokasi ada. Makanya saat ini kami sedang mengajukan ke pemerintah pusat agar di semua lokasi terpasang alat itu,” imbuh Sarwa.
Ada sekitar 609.464 penduduk di 23 kecamatan di Jateng yang jiwanya terancam jika bencana tsunami terjadi. Ribuan jiwa itu tinggal di garis pantai Pulau Jawa yang berada di wilayah Jateng sepanjang 289, 07 kilometer (km).
“Satu alat itu memliki daya jangkau sejauh dua kilometer, makanya yang sekarang terpasang masih sangat minim. Cuma ada 49 persen dari kebutuhan yang kita perlukan,” tutur Sarwa.
Belum terpasang alat pendeteksi tsunami di seluruh titik yang rawan bencana tsunami ini menandakan pemerintah belum sepenuhnya memprioritaskan kegiatan penanggulangan bencana. Padahal, bencana tsunami merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat pesisir Indonesia.
"Sekarang bumi semakin tua. Pertandanya dari mulai Gunung Agung meletus lalu memunculkan gempa di NTB, Palu, Pantai Anyer sampai gempa beruntun di Tasikmalaya. Bahkan, kami bersama BMKG telah memperkirakan ada 11 kecamatan di Cilacap yang berpotensi terkena ancaman tsunami," tuturnya.
Dalam waktu dekat pihaknya akan mengirimkan surat permintaan kepada pemerintah pusat untuk mengusulkan supaya BMKG berupaya menambah jumlah alat pendeteksi tsunami. Sebab, seiring adanya gempa di Pulau Jawa, gelombang tsunami masih berpotensi terjadi di kawasan pesisir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
- Indonesia Siap Borong Alutsista dari AS
Advertisement

Jadwal KA Prameks Hari Ini, Minggu 6 Juli 2025, dari Stasiun Tugu Jogja hingga Kutoarjo Purworejo
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- 3 Event Balap Akan Digelar di Sirkuit Mandalika di Bulan Juli 2025
- 500 Ribu Orang Terdampak Aksi Mogok Petugas di Bandara Prancis
- 29 Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Masih Belum Ditemukan, SAR Lanjutkan Pencarian
- Gempa Jepang: Warga Panik dengan Ramalan Komik Manga, Pemerintah Setempat Bantah Ada Keterkaitan
- Kebakaran di California AS Meluas hingga 70.800 Hektare Lahan
- 1.469 Guru Siap Mengajar di 100 Sekolah Rakyat
- Hamas Sambut Baik Rencana Gencatan Senjata dengan Israel
Advertisement
Advertisement