Advertisement

Perundungan Siswa PPDS Terus Terjadi, IDI: Tak Adanya Gaji Jadi Pemicu Utama

Mutiara Nabila
Rabu, 21 Agustus 2024 - 19:37 WIB
Arief Junianto
Perundungan Siswa PPDS Terus Terjadi, IDI: Tak Adanya Gaji Jadi Pemicu Utama Ilustrasi perundungan. - Pixabay/Wokandapix

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Kasus perundungan yang masih terus terjadi di kalangan peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), penyebabnya terutama karena PPDS tidak digaji atau diberikan upah yang layak. 

Terbaru, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang meninggal dunia, diduga bunuh diri karena berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan. 

Advertisement

Adapun, Kementerian Kesehatan mencatat sejak Juli 2023 sampai 9 Agustus 2024 ada 356 laporan kasus perundungan dengan perincian 211 kasus terjadi di RS vertikal dan 145 laporan terjadi di luar RS vertikal. 

Koordinator Junior Doctors Network Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Tommy Dharmawan mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan perundungan.

Salah satu di antaranya adalah peserta PPDS yang tidak digaji.  "Sumber bullying ini salah satunya adalah karena tidak ada gaji, jadi di antara mereka ada yang harus minta makan, minta uang untuk biaya-biaya, ongkos dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya peserta PPDS itu kan sudah usianya punya gaji, bahkan sudah ada yang berkeluarga, harusnya menghidupi keluarganya juga," katanya dalam Media Briefing, Rabu (21/8/2024). 

BACA JUGA: Ratusan Laporan Perundungan Pendidikan Dokter Spesialis selama Setahun, 39 Orang Disanksi

Selain itu, beberapa faktor pemicu lainnya, di antaranya berikut ini:

  • Jam kerja yang tidak manusiawi
  • Beban administrasi yang dibebankan ke peserta PPDS, padahal seharusnya dikerjakan oleh tenaga administrasi PPDS
  • Alur konseling yang tidak memadai
  • Kurangnya SDM
  • Pekerjaan di luar akademis

Menurut Tommy, sebenarnya semua bisa diselesaikan jika ada aturan yang jelas, tata kelola yang baik, dan diberi upah yang sepadan.  "Karena sebagi PPDS ini mereka bekerja, lho. Bukan cuma belajar, betul-betul ikut operasi. Terkadang menangani satu pasien hanya dibayar Rp2.000. Bahkan lebih kecil dari tukang parkir," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JiBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Alissa Wahid Sarankan Pemda DIY Punya Program Khusus Atasi Peredaran Miras

Sleman
| Rabu, 30 Oktober 2024, 09:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement