Advertisement
LRT Jabodebek Salah Desain? Ini Penjelasan MTI

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pengamat transportasi merespons soal komentar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo soal masalah proyek LRT Jabodebek.
Sebagaimana diketahui, Wamen BUMN yang akrab disapa Tiko itu menyebut jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan salah desain.
Advertisement
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai pernyataan Tiko telah melecehkan Komisi Keamanan dan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Kementerian PUPR.
BACA JUGA: Pembangunan LRT Jabodebek Capai 95,09 Persen Pada Juni 2023
Musababnya, setiap konstruksi jembatan seharusnya sudah mendapat rekomendasi dari komisi tersebut. "Tanpa ada rekomendasi dari mereka [KKJTJ] tidak mungkin LRT itu bisa beroperasi," ujar Djoko saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).
Adapun ihwal kecepatan LRT saat melintasi longspan Gatsu-Kuningan yang dipermasalahkan Tiko, menurut Djoko tidak realistis. Menjadi hal wajar bila kecepatan kendaraan akan dikurangi saat melintasi berbagai tikungan atau belokan.
Sebelumnya, Tiko mengatakan seharusnya jembatan LRT Gatsu-Kuningan itu dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan optimal. Tiko menyebut konstruksi jembatan saat ini menyebabkan LRT harus berbelok dengan kecepatan yang rendah sekitar 20 kilometer per jam saat melewati jembatan.
Djoko mengatakan seharusnya proyek LRT Jabodebek mendapat dukungan dari berbagai pihak, mengingat proyek transportasi publik modern ini menjadi yang pertama dikerjakan sendiri oleh anak bangsa.
"MRT tuh kan Jepang, ini [LRT] Indonesia baru belajar, tapi kalau enggak sekarang ya kapan lagi bangsa kita bisa? Harus optimis," tutur Djoko.
Berdasarkan catatan JIBI, Rabu (2/8/2023), Wamen BUMN, Tiko juga mengomentari ihwal kurangnya koordinasi antar komponen dalam proyek LRT tersebut. Salah satunya, Tiko membeberkan bahwa pihak Siemens sempat mengeluh karena 31 rangkaian kereta LRT yang dibuat oleh Inka memiliki spesifikasi yang berbeda-beda antar kereta mulai dari dimensi, berat, kecepatan hingga pengereman.
"Akibatnya, sistem software harus diperlebar toleransinya sehingga cost-nya [biaya] pun naik," kata Tiko.
Sebagaimana diketahui, komponen proyek LRT Jabodebek terdiri dari enam komponen, antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) di bagian prasarana; PT Industri Kereta Api (Inka) di pembangunan rangkaian kereta LRT; dan PT Len Industri (Persero) menangani persinyalan LRT.
Sementara itu, KAF bertugas di komponen permesinan kereta; PT Indosat di bagian konektivitas; serta Siemens yang bertanggung jawab di bagian pengembangan perangkat lunak [software]. Adapun proyek LRT Jabodebek dirancang dengan sistem Grade of Automation (GoA) level 3 yang memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cerita Soebronto Laras dan Kecintaannya pada Otomotif
- Soebronto Laras Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Tokoh Otomotif Nasional
- Nasabah Diteror DC AdaKami hingga Bunuh Diri, Berikut Sikap OJK
- Diintimidasi Alat Negara, Anies Sebut Taipan Takut Bantu Dirinya
- Dikaitkan Kasus Rempang Eco City, Ini Perjalanan Karier Konglomerat Tomy Winata
Advertisement

Ada Peluang, Disperindag DIY Optimalkan Ekspor Produk Makanan
Advertisement

Wisatawan Mancanegara Mulai Melirik Desa Wisata di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Heboh Isu Kaesang Jadi Kader, Begini Respons PSI
- Cerita Soebronto Laras dan Kecintaannya pada Otomotif
- Kejagung Periksa Pegawai Kemenko Perekonomian Terkait Dugaan Korupsi Dana Sawit Biodiesel
- Soal Rafaksi Minyak Goreng, Aprindo Sindir Mendag Zulhas
- Berikut Link Khusus Pembelian dan Pembubuhan E-Meterai untuk Dokumen CPNS 2023
- Video Mirip Kaesang Viral, PDIP Punya Pesan Ini
- Soebronto Laras Dimakamkan di TPU Karet Bivak
Advertisement
Advertisement