Advertisement

Rentetan Gempa dan Erupsi Gunung, Apakah Saling Berkaitan? Ini Penjelasan Badan Geologi

Widya Islamiati
Rabu, 07 Desember 2022 - 23:47 WIB
Bhekti Suryani
Rentetan Gempa dan Erupsi Gunung, Apakah Saling Berkaitan? Ini Penjelasan Badan Geologi Awan Panas Guguran (APG) Gunungapi Semeru terpantau dari CCTV Pos Pantau PVBMG pukul 06.30 WIB, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (4/12). - Dok.PVMBG

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA– Sejumlah rentetan peristiwa bencana alam di dalam negeri terjadi dalam waktu yang berdekatan belakangan ini. 

Mulai dari gempa bumi 5,6 SR yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022). Kemudian disusul oleh gempa berkekuatan 6,4 SR di Garut pada Sabtu (3/12/2022). 

Advertisement

Pada Minggu (4/12/2022), Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, erupsi dan memuntahkan awan panas guguran pada Minggu sejak pukul 02.46 WIB sejauh 7 kilometer. 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi juga melaporkan terjadi erupsi Gunung Api Kerinci pada Selasa (6/12/2022) pagi pukul 08.22 Wib. Gunung Kerinci terletak antara Provinsi Jambi dengan Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat.

Koordinator Kelompok Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengungkapkan bahwa kejadian gempa bumi dan aktivitas gunung yang akhir-akhir ini melanda Indonesia, tidak saling berkesinambungan.

“Contoh ini di Cianjur, gempa bumi dengan kedalaman 10 km, apakah mempengaruhi aktivitas gunung yang berada didekatnya? Tidak selalu,” ungkap Tory dalam konferensi pers daring pada Rabu (7/12/2022).

Hal ini lantaran Gunung Gede, yang letaknya dekat dengan Cianjur, memiliki dapur magma di darat dan sedang dalam fase istirahat. Sementara itu, goncangan gempa bumi di Cianjur tidak cukup kuat untuk mengubah dinamika dapur magma yang membuat Gunung Gede kembali berstatus aktif.

Selain itu, Oktory mengungkap, mekanisme erupsi gunung berapi dan gempa berbeda. Menurutnya, erupsi merupakan manifestasi letusan akibat naiknya magma ke permukaan, sedangkan gempa diakibatkan oleh perpindahan blok.

“Ketika erupsi itu adalah naiknya magma atau fluida dari permukaan bumi menuju permukaan dengan manifestasi letusan, sedangkan [penyebab] gempa bumi adalah bergeraknya atau berpindahnya sesuatu yang berbenturan sehingga menyebabkan perpindahan blok,” tambah Oktory.

Oktory kemudian menjelaskan, salah satu contoh gempa bumi di Indonesia yang dapat memicu letusan gunung merapi pada 2006 lalu. Keduanya tidak terjadi dalam waktu yang berdekatan, tetapi justru berkesinambungan. 

“Contohnya gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, apakah mempengaruhi Gunung Merapi pada saat itu juga, ini membutuhkan waktu beberapa bulan setelah gempa dan akhirnya guguran aliran termoplastik di merapi itu terjadi, jadi tidak selalu gempa bumi mereaktivasi gunung api,” jelas Oktory.

Pada 2006 lalu, BMKG melaporkan terjadi gempa bumi di Yogyakarta dengan kekuatan 5,9 SR pada Sabtu (27/5/2006) pukul 05.55 WIB. Sedangkan Gunung Merapi meletus pada Rabu (14/6/2006) pukul 14.54 dengan awan panas yang meluncur selama 60 menit. Aktivitas Merapi ini sudah dimulai sejak April pada tahun yang sama.

BACA JUGA: Melayang di Atas Ring Road Barat, Lebar Jalan Tol Jogja YIA Mencapai 30 Meter

Oktory menambahkan, bencana gempa bumi tidak selalu berbarengan dengan aktivitas gunung api, juga tidak ada siklus yang menjelaskan hal tersebut. Namun, gempa bumi justru erat kaitannya dengan tsunami dan likuifaksi.

“Untuk gempa bumi mungkin bisa ada kaitannya dengan gerakan tanah, atau tsunami atau likuifaksi, tapi gunung api tidak selalu berbarengan dengan hal tersebut,” imbuh Oktory.

Sementara itu, mengenai Gunung Kerinci yang erupsi 2 hari setelah Gunung Semeru menjajaki status awasnya, menurut Oktory hanya sebuah kebetulan belaka. Keduanya sama sekali tidak berkesinambungan.

“Erupsi gunung api ini bukan penyakit menular kayak Covid, tapi kebetulan saja mereka bererupsi di periode yang sama, seperti sekarang di Gunung Ibu itu erupsi setiap hari, Gunung Semeru itu tercatat erupsi setiap hari, Gunung Kerinci kemarin erupsi satu kali, itukan merupakan satu kebetulan,” pungkas Oktory.

Hal ini lantaran, menurut Oktory, setiap gunung memiliki dapur magma, karakter dan sistemnya tersendiri sehingga rentetan letusan gunung api tidak akan saling mempengaruhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok dan Aksi Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Selasa 19 Maret 2024

Jogja
| Selasa, 19 Maret 2024, 10:27 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement