Advertisement
Setelah XBB, Virus Covid-19 Bermutasi Lagi Jadi XBC, Begini Penjelasannya...
Ilustrasi Omicron. - Antara
Advertisement
Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengungkapkan, setelah varian XBB, virus Covid-19 bermutasi kembali.
Hasil mutasi ini dinamakan subvarian XBC yang merupakan rekombinan varian delta dengan Omicron.
Advertisement
Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB IDI, dr. Erlina Burhan menuturkan, subvarian XBC ini pertama kali ditemukan di Inggris dan dilaporkan oleh UK Health Security Agency pada (7/10/2022) lalu. Meskipun demikian, data resmi mengenai subvarian ini masih sangat minim. "Ditemukan pertama kali di Inggris awal Oktober lalu," kata dr. Erlina dalam media briefing secara daring pada Kamis (3/11/2022).
Selain itu, dr. Erlina juga mengungkapkan, Indonesia perlu mewaspadai subvarian ini, sebab sudah masuk ke negara Filipina. Sehingga Indonesia perlu kembali meningkatkan protokol kesehatan.
"Di awal Oktober kami menemukan mulai menemukan kasus XBC di Filipina dekat juga dari Indonesia, jadi mungkin kami waspada ini ada kemungkinan juga akan masuk jadi mari kita meningkatkan protokol kesehatan," ungkap dr. Erlina.
BACA JUGA: Karena Bank Gagal, Rektor UGM dan Suaminya Serta Mantan Pengurus BPR Digugat Rp29 Miliar
Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan, meskipun hingga saat ini belum ada data yang menunjukan gejala yang ditimbulkan oleh subvarian Covid-19 ini lebih parah dari induknya, Omicron.
"XBB dan XBC mirip dengan gejala Omicron secara umum, jadi ada demam, batuk, ada lemas, dada sesak, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pilek, mual, muntah, dan diare," kata dr. Erlina.
Selain itu, gejala yang ditimbulkan akibat paparan virus subvarian Covid-19, XBC ini menurut dr. Erlina akan dipengaruhi oleh gejala yang timbul akibat paparan virus Covid-19 varian Delta, sebab subvarian XBC merupakan kombinasi varian Delta dan Omicron.
"Meskipun belum ada laporan bukti ilmiah resmi, karena tadi disampaikan XBC merupakan kombinasi varian Delta, maka ada kemungkinan gejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas dari varian Delta," tutur dr. Erlina.
Hingga saat ini subvarian XBC ini sudah menyasar dua negara, UK dan Filipina. Dilaporkan, subvarian ini telah sebabkan 5 kasus kematian di Filipina, dari total sebanyak 193 kasus positif XBC.
"XBC pertama di UK, kemudian Filipina sudah 193 kasus, oleh sebab itu kita hati-hati ya, karena juga ada lima kematian dari XBC ini yang dilaporkan di Filipina," tambah dr. Erlina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gempa Bumi Magnitudo 4,8 Bikin Panik Warga Tarakan
- Pesawat Kargo UPS yang Meledak Angkut Bahan Bakar dan Paket Besar
- Bupati Banyuwangi Dukung Rencana Baru Proyek Kereta Cepat Whoosh
- Hanyut di Sungai Jolinggo Kendal, Tiga Mahasiswa KKN UIN Semarang MD
- Prabowo Minta Pintu Pelintasan Diperbarui Cegah Kecelakaan Kereta Api
Advertisement
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Catat, Jadwal SIM Keliling Sleman di November 2025
- Jaecoo J5 EV Hadir di Jogja, Berikut Spesifikasi dan Harganya
- Pembongkaran Lapak Pedagang Pantai Sepanjang Ditunda, Ini Alasannya
- Ratusan Personel Amankan Prosesi Pemakaman PB XIII, Ini Skenarionya
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Rabu 5 November 2025
- Antisipasi Bencana, Eko Suwanto Ajak Warga Monitor Info Cuaca BMKG
- Pemadaman Bergilir Hari Ini di Sleman dan Kota Jogja
Advertisement
Advertisement




