Advertisement

Investigasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 Molor, KNKT Beralasan Pandemi

Anitana Widya Puspa
Kamis, 03 November 2022 - 16:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Investigasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 Molor, KNKT Beralasan Pandemi Tim dari Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta menemukan serpihan pesawat di lokasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hilang. - Twitter @jakfire

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mengungkap alasan tertundanya hasil investigasi terhadap Sriwijaya Air (SJ-182) yang jatuh pada 9 Januari 2021 silam.

Kepala Sub Investigasi Keselamatan Penerbangan Nurcahyo Utomo menjelaskan, terdapat sejumlah kendala yang menyebabkan hasil investigasi tersebut baru dapat dipublikasikan kepada publik setelah lewat dari 1 tahun.

Advertisement

"Kami mohon maaf, bahwa seharusnya menurut aturan yang ada investigasi harus diselesaikan dalam waktu 12 bulan. Namun demikian, hingga hari ini sudah berjalan kira-kira 1 tahun lebih 10 bulan. Jadi ada kendala-kendala yang kami hadapi selama melakukan investigasi," ujarnya dalam rapat bersama komisi VI di DPR RI, Kamis (3/11/2022).

Nurcahyo menjelaskan, kendala-kendala yang menyebabkan tidak berjalan mulusnya hasil investigasi antara lain adalah pandemi Covid-19. Pandemi dan larangan tatap muka membuat hasil pertemuan wawancara dengan saksi mata dan dengan pihak-pihak terkait sulit dilakukan. Pada akhirnya, pertemuan dilakukan secara virtual dan juga diskusi tim investigasi yang terlambat karena harus mengurangi frekuensi pertemuan. Menurutnya pertemuan secara virtual ini kurang efektif dibanding pertemuan secara langsung.

Selanjutnya, kata dia, adalah terkait dengan pemeriksaan komponen pesawat ke luar negeri yang juga sulit dikirimkan karena adanya pembatasan antarnegara.

Baca juga: Trans Jogja Rute Ngabean-Palbapang Bantul Resmi Beroperasi

"Kebetulan juga ada kendala lainnya mungkin terkait anggaran di KNKT yang juga terbatas," imbuhnya.

Keterbatasan anggaran ini juga berpengaruh terhadap pencarian puing-puing jatuhnya badan pesawat tersebut. Dia mencontohkan kapal yang digunakan untuk mengangkat puing dari dasar laut dengan menggunakan anggaran yang ada. Nilai sewa kapal ini adalah Rp3 juta per hari. Kemudian, juga ada sewa kapal induk yang senilai Rp17 juta per hari.

"Sebenarnya kita ada kapal yang memadai yang memiliki semua fungsi namun sewanya adalah Rp12 miliar per 10 hari jadi anggarannya cukup besar. Akhirnya, kita mencari yang ada yang bisa melaksanakan tugas yang kita harapkan," terangnya.

Selain itu, jumlah investigator KNKT yang terbatas sehingga banyak kegiatan yang terhambat. Tercatat jumlah investigator penerbangan di KNKT adalah sebanyak delapan orang. Tidak semua investigator berperan optimal dalam investigasi karena ada beberapa kejadian lain di daerah yang juga membutuhkan investigasi lainnya.

Nurcahyo menuturkan, jumlah data yang diperoleh selama investigasi hingga 3 bulan yang lalu masih berkisar sebanyak 178 GB. Namun, karena terbatasnya jumlah investigator, akhirnya satu orang investigator harus mengelola banyak data. Hal ini yang juga menjadi kendala pengolahan data membutuhkan waktu yang lebih lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement