Advertisement
Angka Pengangguran Turun, Benarkah karena APBN?
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Penurunan tingkat pengangguran menjadi salah satu indikator efektifnya penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), meskipun terjadi defisit.
Akan tetapi, turunnya tingkat pengangguran di Indonesia sejatinya dinilai belum menjadi cerminan belanja APBN yang baik karena terdapat berbagai faktor lain.
Advertisement
Peneliti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Fachru Nofrian menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 menekan kondisi perekonomian sejak 2020. Salah satu dampaknya, pemerintah harus memperlebar defisit APBN untuk bisa menambah belanja dalam rangka pencegahan pandemi dan pemulihan ekonomi.
BACA JUGA: Pencairan THR Sejumlah ASN Molor hingga Akhir Lebaran, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Dia menilai bahwa belanja pemerintah dan program pemulihan ekonomi harus membawa dampak yang signifikan, karena defisit APBN juga melonjak untuk mengakomodasi hal tersebut. Salah satu indikator yang dapat diperhatikan, menurut Fachru, adalah turunnya tingkat pengangguran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran pada Agustus 2021 adalah 9,1 juta orang atau tingkat pengangguran terbukanya 6,49%. Jumlahnya turun dari Agustus 2020 sebanyak 9,8 juta orang (7,07%) tetapi naik dari Februari 2021 sebanyak 8,7 juta orang (9,72%).
"Dampak kepada ekonomi diharapkan unemployment rate mengalami perlambatan, dan memang kalau melihat data ada penurunan. Namun, apakah ini disebabkan oleh defisit pemerintah [APBN] tadi atau hal lain?" ujar Fachru dalam diskusi publik bertajuk Masa Depan APBN & Warisan Utang Jokowi, Minggu (24/4/2022).
BACA JUGA: Kantor Pos Paling Terpencil di Dunia Buka Lowongan Kerja Hitung Penguin
Dia menjelaskan bahwa selama pandemi, jumlah pengangguran dalam kategori informal bergerak cukup dinamis. Fachru menjelaskan bahwa ketika orang-orang kehilangan pendapatan atau pekerjaan, sebagian di antara mereka langsung beralih misalnya menjadi pengemudi ojek online (ojol).
Menurut Fachru, terdapat banyak jenis pekerjaan yang cenderung tidak memiliki tuntutan kemampuan yang tinggi (unskilled) dan bergantung kepada keinginan orang terkait. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi dirinya, yakni sebenarnya seberapa efektif belanja pemerintah untuk menurunkan tingkat pengangguran tersebut.
"Apakah turunnya karena defisit APBN ini, atau ada sektor lain yang cenderung unskilled sehingga unemployment menurun? Ini perlu dikaji," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa pelebaran defisit APBN saat ini berkaitan dengan penerbitan utang pemerintah, yang kemudian akan menjadi warisan bagi pemerintahan selanjutnya. Fachru menilai bahwa pemerintah perlu menyusun rencana yang tepat siapa yang mampu dan aktivitas ekonomi apa yang dapat membayar 'warisan' itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Remaja Korban Judi Online Diusulkan Direhabilitasi
- Lapisan Es di Pegunungan Jaya Wijaya Papua Susut dari Tebal 32 Meter Kini Hanya Empat Meter
- Wacana Polri di Bawah Kemendagri, Anggota Komisi III DPR: Ini Kemunduran
- PKB Sebut Partisipasi Pemilih di Pilkada Jakarta Rendah karena Kandidat Tak Diminati
- Libur Nataru, Menhub Sebut Semua Simpul Transportasi Siap Hadapi Lonjakan Penumpang
Advertisement
KPU Bantul Pastikan Tidak Ada Pemungutan Suara Ulang di Pilkada 2024
Advertisement
Lima Satwa Berbagai Spesies Lahir di Beberapa Taman Safari di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- Ditikam Anak Sendiri, Begini Kondisi Ibu asal Cilandak
- Program 3 Juta Rumah, BUMN dan Swasta Dipatok Bangun 800 Ribu Unit
- DPR Minta Polri di Bawah Kemendagri, Praktisi Hukum: Bisa Buka Lagi Ruang Intervensi Politik
- Eks Drummer My Chemical Romance Ditemukan Membusuk Tak Bernyawa di Rumahnya
- Maksimalkan Dakwah Digital, Dai Bisa Berperan Tangkis Judi Online
- Adik Presiden Prabowo Sebut Gaji Hakim Bakal Dinaikkan Lagi
- Kenaikan UMP 6,5 Persen di 2025: Kadin Minta Pengusaha Hindari PHK
Advertisement
Advertisement