Advertisement
Eks Teroris Ungkap Aksi Teror Butuh Fesyen Bermerek

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Eks narapidana kasus terorisme (mapiter) mengungkapkan dana yang dihimpun dari kotak amal salah satunya digunakan untuk membeli fesyen bermerek sebagai identitas saat menjalankan aksi terornya.
BACA JUGA: Dokter Sunardi yang Ditembak Mati Densus 88 Anggota Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah
Advertisement
Eks napiter Joko Triharmanto alias Jack Harun menjelaskan dalam menjalankan aksi pelaku teror selalu memiliki target. Ia memberikan contoh pada kasus Bom Bali, banyak dana yang dikeluarkan hanya untuk wira-wiri survei
“Sebagai gambaran kami mau adakan aksi katakanlah seperti bom Bali, survei dilakukan berkali-kali ada standarnya, harus meninggalkan identitas berbau Islam,” katanya dalam diskusi Merespons Terorisme di Balik Filantropi Islam di salah satu Hotel di Jalan Timoho, Kota Jogja, Minggu (13/3/2022).
Selain itu, pelaku teror harus menunjukkan penampilan yang menarik ketika akan ke tempat publik. Salah satunya dengan membeli fesyen yang bermerek. Hal ini selain agar kelihatan menarik di mata publik sekaligus menghilangkan kecurigaan masyarakat ketika akan melakukan aksi.
“Kemudian beli celana Eiger, topi Eiger, seperti kalau disaksikan [di kasus] di Jalan Thamrin, teroris merasa keren. Waktu saya survei di [kasus bom] Bali, standarnya Eiger. Orang tahunya kan masyarakat biasa, unik ini dengan adanya pakaian standar bermerek itu,,” ucapnya.
Oleh karena itulah, lanjut Jack Harun, saat ini bermunculan pendanaan terorisme yang diambil dari masyarakat melalui kotak amal yang disebar di sejumlah pertokoan. Bahkan di DIY praktik ini sudah terjadi bertahun-tahun.
“Kotak amal ini awalnya hanya untuk anggota di internal mereka [organisasi terorisme] cuma seiring berkembangnya kebutuhan dana yang cukup besar sehingga mereka menggunakan kotak-kotak itu sebagai penggalangan dana,” katanya.
Direktur Pusat Studi Islam Asia Tenggara UIN Sunan Kalijaga Ahmad Anfasul Marom menyatakan berdasarkan kajiannya saat ini banyak ditemukan penyebaran kotak amal terutama di pertokoan yang tidak jelas lembaga pengelolanya. Mereka dengan berbagai dalih mulai dari untuk beasiswa pendidikan dan lain-lain yang ujungnya bisa mengarah ke pendanaan kelompok atau organisasi yang berafiliasi ke terorisme.
“Kami mengamati ini bukan sekedar kasus tapi tren yang berpola karena terjadi di beberapa tempat juga. Pada Juli 2021 lalu kurang lebih 1.550 kotak amal terkait dengan pendanaan terorisme ditemukan oleh Densus,” ujar dia
Indonesia akan selalu menjadi negara tujuan penggalangan dana untuk kelompok teroris karena termasuk negara paling dermawan di dunia versi World Giving Index 2021. Ia menilai bukan perkara mudah untuk membongkar kedok filantropis semacam ini karena anjuran donasi telah melekat dalam praktik ibadah.
“Butuh pendekatan yang lebih strategis dan mendalam untuk membangun kesadaran beramal yang tepat sasaran,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Soroti Logam Tanah Jarang, Fentanyl, Kedelai, dan Taiwan
- Isi Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Satu Tahun Prabowo-Gibran
- Kemendagri Temukan Perbedaan Data Simpanan Pemda dan BI Rp18 Triliun
- Kejagung Serahkan Uang Rp13,2 Triliun Hasil Sitaan Kasus CPO ke Negara
- Kapal Tanker Federal II Terbakar, 13 Orang Meninggal Dunia
Advertisement
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Prabowo Minta Alokasikan Duit Pengembalian Korupsi CPO untuk LPDP
- Begini Kronologi Mobil Petugas Bandara Hong Kong Tertabrak Pesawat
- Unud: Tak Ada Tekanan Akademik Dialami Mahasiswa TAS
- 2 Kejahatan Jalanan Terjadi dalam 3 Hari di Kota Jogja
- Pecatan TNI AL Terlibat Penyekapan di Tangerang
- Polisi Periksa 19 Saksi Terkait Kematian Mahasiswa Unud
- Viral Pegawai Pajak Diduga Lakukan Premanisme, Ini Respons Dirjen
Advertisement
Advertisement