Kenali Jenis-jenis Kejahatan Siber di Sektor Perbankan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Seiring perkembangan digital, sektor perbankan telah melakukan transformasi digital dengan mengeluarkan layanan internet banking dan mobile banking.
Layanan ini diluncurkan untuk memudahkan nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan, mulai dari transfer dana, mengecek informasi saldo, mutasi rekening, hingga pembayaran yang dilakukan dengan mobile banking.
Advertisement
Di samping memudahkan para nasabah, akan tetapi layanan berbasis mobile banking juga mengundang kejahatan berupa ancaman serangan siber (cyber attack).
Mengutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan, Kamis (11/11/2021), terdapat lima modus yang sering digunakan oleh pihak tak bertanggung jawab di sektor perbankan.
Pertama, pharming. Modus pertama ini dilakukan oleh penipu (hacker) dengan cara melakukan pengalihan dari situs yang resmi ke situs bodong tanpa diketahui dan disadari korban. Dalam modus ini, korban terperangkap dalam permainan penipu dengan cara meminta untuk memasukkan data-data yang diinginkan penipu.
Kedua, spoofing. Modus kedua ini menggunakan perangkat lunak untuk menutupi identitas, dengan menampilkan e-mail, nama, atau nomor telepon palsu agar menyembunyikan identitas pelaku. Modus ini biasanya dilakukan dengan cara mereka memberikan kesan yang berurusan dengan pebisnis ternama.
Ketiga, keylogger. Kejahatan siber ini dilakukan dengan menggunakan software yang dapat menghafal tombol keyboard yang digunakan tanpa diketahui oleh korban.
Keempat, phising. Modus ini tentu sudah tak asing lagi di sektor perbankan. Kejahatan siber yang dilakukan dengan memperoleh informasi pribadi, seperti user ID, personal identification number (PIN), nomor rekening bank atau nomor kartu kredit. Setelah mendapatkan informasi korban, penipu kemudian mengakses rekening, melakukan penipuan kartu kredit, atau menuntun korban atau nasabah untuk melakukan transfer ke rekening tertentu dengan iming-iming hadiah.
Modus terakhir atau kelima adalah sniffing. Modus ini dilakukan dengan meretas paket data untuk mengumpulkan informasi secara ilegal lewat jaringan yang ada pada perangkat korban. Modus ini paling banyak terjadi saat calon korban menggunakan atau mengakses Wi-Fi umum yang ada di publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas, Pengamat: Prioritas Saat Ini Justru RUU Perampasan Aset
- Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
- KJRI Hamburg Jerman Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Koperasi Diminta Bergerak Ikut Bantu Pelaku UMKM dan Perangi Rentenir
- Pembangunan Kesehatan di Indonesia Berkembang, Hanya Saja Masih Menghadapi Kesenjangan dengan Negara Maju
- Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
- Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Advertisement