Advertisement

50 Persen Penyakit Dipengaruhi Polusi Udara

Dewi Andriani
Selasa, 20 April 2021 - 01:27 WIB
Budi Cahyana
50 Persen Penyakit Dipengaruhi Polusi Udara Foto aerial ruang terbuka hijau di Senayan, Jakarta, Selasa (10/3/2020). - JIBI/Bisnis.com/Himawan L Nugraha

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Polusi udara menjadi salah satu penyumbang penyakit terbesar di dunia. Lebih dari 50 persen penyakit diakibatkan oleh polusi udara kota-kota besar di seluruh dunia.

"Proporsi penyakit yang terbanyak itu disebabkan oleh pencemaran udara. Kalau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh makanan, minuman itu sekitar 15 persenan tapi kalau di pencemaran udara itu lebih dari 50 persen," ujar Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto dikutip dari laman Instagram @bicaraudara.

Advertisement

Menurutnya, manusia tidak bisa memilih udara yang akan dihirup dan semua hal yang berefek terhadap kesehatan melalui udara masuk ke dalam tubuh.

Oleh karena itulah, jika kualitas udara tidak dibenahi dan tidak dibersihkan maka semuanya akan masuk ke tubuh. Akibatnya, berbagai macam senyawa kimia, pencemaran udara yang lain, hingha polutan akan masuk ke dalam tubuh dan berefek bagi kesehatan.

Budi juga telah melakukan penelitian sejak 2013 hingga 2017 dengan melakukan modeling prediksi yang menunjukan bahwa hingga 2050 tingkat polusi udara akan terus meningkat.

Dengan melihat data yang mengkhawatirkan tersebut dan terus meningkatnya sumber polusi udara seperti pertumbuhan kendaraan bermotor, dapat dipastikan jika tidak dikendalikan maka pada 2030 saja polusi udara akan meningkat hingga 60 persen dari kondisi saat ini.

“Hingga 2050, jika kita tidak melakukan sesuatu yang revolusioner untuk mengendalikan pencemaran udara, maka semua parameter pencemar udara itu trennya akan naik terus. Tahun 2030 itu bisa 50-60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan sekarang,” terangnya.

Maka dari itu, untuk melihat kualitas udara, pemerintah harus memperbanyak alat pendeteksi udara. Menurutnya, saat ini tidak perlu lagi berpikir tentang harga alat yang semakin modern semakin terjangkau.

Sebab, ketika teknologi semakin modern, alat-alat tersebut akan semakin canggih dan tidak lagi mahal. "Kalau dulunya kita beli sampai miliaran satu alat monitoring station dan hanya punya 5 jakarta, bandung 5, surabaya 5, sekarang gak perlu harus semahal itu lagi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disperin Gunungkidul Akan Monitoring Pemberian THR

Gunungkidul
| Selasa, 19 Maret 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement