Advertisement
Peneliti Temukan Hal Aneh pada Mata Pasien Covid-19 Parah

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Peneliti menemukan adanya bintil yang disebut nodul di mata pasien yang terinfeksi virus corona Covid-19 parah. Peneliti berhipotesis itu disebabkan oleh peradangan yang terkait virus.
Dilansir dari New York Post, Jumat (19/2) sebuah tim peneliti Perancis menerbitkan temuan itu di jurnal Radiology. Mereka meneliti 129 pasien Covid-19 parah yang menjalani tes MRI otak di 16 rumah sakit antara bulan Maret dan Mei tahun lalu.
Advertisement
Ditemukan, sembilan pasien (sekitar 7%) memiliki setidaknya satu ciri yang disebut sebagai nodul hyperintense di bagian belakang mata di kawasan makula, yang merupakan kunci untuk penglihatan jelas. Hampir semua pasien yang mengalami ini memiliki nodul di kedua mata.
BACA JUGA: Update Covid-19 DIY: Bantul Dominasi Kasus Baru
Masih belum jelas apa yang menyebabkan binti itu, tapi para ilmuwan berpendapat bahwa itu dikarenakan adanya peradangan terkait virus atau karena posisi tengkurap dalam waktu yang lama.
Tujuh dari sembilan pasien dilaporkan berada dalam posisi tengkurap lama, karena posisi itu memungkinkan oksigenasi yang lebih baik. Oleh sebab itu, peneliti membuat hipotesis demikian.
Tim juga menindaklanjuti pasien untuk memeriksakan kemungkinan kehilangan penglihatan. Mereka juga telah memulai penelitian lain pada pasien Covid-19 ringan hingga sedang, untuk menemukan adakah kasus serupa di kelompok tersebut.
Sementara itu, enam dari pasien dalam penelitian mengalami obesitas, dua menderita diabetes, dan dua menderita hipertensi. Delapan pasien menjalani perawatan intensif karena serangan Covid-19 yang parah.
Augustin Lecler, penulis dan profesor di University of Paris mengatakan penelitian menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan Covid-19 parah memiliki satu atau beberapa nodul di kutub posterior dunia.
Melalui penelitian ini, penulis mengatakan skrining dapat membantu mengelola manifestasi serius yang berpotensi memengaruhi mata, akibat dari penyakit Covid-19 yang telah dilaporkan berpengaruh pada banyak organ vital selain sistem pernapasan.
Namun, studi itu memiliki beberapa keterbatasan seperti kurangnya kelompok kontrol dan pengujian sampel untuk SARS-CoV-2 pada mata dan konjungtiva atau selaput yang menutupi mata dan kelopak mata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ledakan di Gaza Selatan, 4 Tentara Israel Dilaporkan Tewas
- Dosen FH Unissula Diskorsing Karena Diduga Jadi Pelaku Kekerasan
- Perpres No.79 Tahun 2025, Tidak Hanya Soal Kenaikan Gaji
- Viral Kepsek Roni Dicopot, Wali Kota Prabumulih Terancam Sanksi
- Pejabat BPJPH Diduga Lakukan KDRT, Begini Respons Komnas Perempuan
Advertisement

JPPI Sebut 5.360 Siswa Keracunan MBG hingga September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Deretan Selebritas Dunia Galang Dana untuk Palestina
- Serangan Israel, Warga Palestina yang Tewas Tembus 65.000 Jiwa
- Ribuan Orang Unjuk Rasa di London Tolak Kunjungan Donald Trump
- BMKG Deteksi 2 Bibit Siklon Tropis, Waspada Cuaca Ekstrem
- 20 Ribu Koperasi Merah Putih Akan Peroleh Modal, Rp3 Miliar
- DPR RI Klaim Kelangaan BBM Shell BP Hanya di Jabodetabek
- DPR RI Setujui Revisi RAPBN 2026, Belanja Negara Rp3.842,7 Trilun
Advertisement
Advertisement