Advertisement
Resesi, Pengusaha Sebut Ekonomi Mitra Dagang Jadi Kunci
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019). - Bisnis/Abdullah Azzam
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengumumkan kondisi perekonomian Indonesia yang memasuki resesi. Setelah tumbuh negatif 5,32 persen pada kuartal kedua, ekonomi nasional kembali terkontraksi pada kuartal ketiga sebesar 3,49 persen.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menyebutkan kontraksi yang kembali terjadi sejatinya telah diperkirakan oleh dunia usaha. Meski demikian, dia meyakini perekonomian dapat jauh membaik pada kuartal keempat.
Advertisement
Dalam jangka pendek, Shinta mengatakan perbaikan pada kuartal keempat bakal didukung oleh sejumlah faktor antara lain pemulihan ekonomi yang terjadi di negara mitra dagang Indonesia, konsumsi pada akhir tahun yang diperkirakan naik, peningkatan distribusi stimulus untuk korporasi, dan proyeksi pengendalian pandemi yang lebih baik.
BACA JUGA : Ini Penjelasan tentang Resesi & Faktor Penyebabnya
“Faktor-faktor pada kuartal keempat cukup mendukung peningkatan produktivitas dalam jangka pendek, salah satunya normalisasi ekonomi yang lebih kuat dari berbagai mitra dagang di Asia Pasifik,” kata Shinta saat dihubungi, Kamis (5/11/2020).
Terlepas dari kondisi ini, Shinta berharap pemerintah tetap dapat bekerja keras untuk mendorong normalisasi ekonomi dan meningkatkan kepercayaan konsumsi masyarakat. Sisi produksi dan konsumsi pun diharapkan dapat terus digenjot.
Pelaku usaha sendiri memperkirakan tekanan ekonomi akan terus berlanjut sampai tahun depan di hampir semua sektor. Dia memperkirakan 50 persen pelaku usaha di berbagai sektor masih akan tertekan dan berpotensi lebih banyak jika vaksin terlambat didistribusi atau ditemukan.
“Untuk sektor penerbangan, pariwisata, hotel mungkin tekanan bisa lebih panjang. Kami perkirakan 2023 atau 2024 baru bisa normal kembali,” ujarnya.
BACA JUGA : Pertumbuhan Ekonomi Negatif Lagi, RI Masuk Jurang Resesi
Kondisi ini kontras dengan perekonomian China yang bisa keluar dari krisis pandemi hanya dalam satu kuartal. Shinta mengatakan faktor pendukung pemulihan China dan tingkat produktivitas ekonomi negara tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
“Oleh karena itu, kalau Indonesia tidak bekerja keras menciptakan iklim ekonomi yang positif dan menstimulasi kegiatan ekonomi masyarakat, resesi teknikal ini bisa berlangsung berkepanjangan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kabut Asap Beracun Selimuti Hanoi, Udara Terburuk Kedua Dunia
- Ratusan Buku Louvre Rusak Akibat Kebocoran Pipa Pascaperampokan
- Mobil MBG Tabrak Siswa SD di Cilincing, Dikendarai Sopir Pengganti
- AS Ganti Font Lagi: Rubio Kembalikan Times New Roman, Tolak Calibri
- Tragedi Adamawa: 9 Perempuan Tewas Saat Aksi Damai di Nigeria
Advertisement
Pegawai PPPK Bantul Terima SK Baru dalam Apel Besar 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Gus Yahya: Muktamar Bisa Dipercepat Asal Syarat Terpenuhi
- Bentrokan Thailand-Kamboja Tewaskan 16 Orang, Pengungsi Membengkak
- Mengenal Beksan dari 4 Trah Mataram Islam di Catur Sagatra
- Tarif Hotel Naik, Bintang 3 di Malioboro Tembus Rp2,9 Juta per Malam
- Jasa Marga Beri Diskon Tol 20 Persen untuk Libur Nataru 2025
- BPJS Kesehatan Perkuat Sistem Anti Fraud Lewat INAHAFF 2025
- Transformasi Haji Diperketat, Praktik Rente Dihapus Total
Advertisement
Advertisement




