Advertisement

Peneliti Temukan Air di Permukaan Bulan

Ika Fatma Ramadhansari
Selasa, 27 Oktober 2020 - 12:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Peneliti Temukan Air di Permukaan Bulan Air di bulan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Untuk pertama kalinya, para peneliti mengindentifikasi air di permukaan bulan yang diterangi matahari.

Mereka juga menemukan bahwa air lebih umum di bulan daripada yang diperkirakan sebelumnya, dengan kantong-kantong es bersembunyi di daerah bayangan "kegelapan abadi" beberapa bahkan sekecil satu sen ungkap penelitian baru.

Advertisement

Sebelumnya para ilmuwan telah menemukan tanda-tanda air di Bulan sejak 2009. Kemudian pada 2018 mengonfirmasi keberadaan air es di permukaan bulan.

Sekarang para peneliti dalam dua studi baru telah mendeteksi air di salah satu formasi kawah terbesar di permukaan bulan yang diterangi matahari dan juga menemukan bahwa permukaan bulan mungkin menyimpan banyak petak es rahasia di "perangkap dingin" wilayah tempat berbayang permanen di bulan.

"Jika Anda dapat membayangkan berdiri di permukaan bulan di dekat salah satu kutub nya, Anda akan melihat bayangan di mana-mana. Banyak dari bayangan kecil itu mungkin penuh dengan es," ungkap Paul Hayne, penulis studi dan asisten profesor di Laboratorium Fisika Atmosfer dan Antariksa di Universitas Colorado, Boulder, Amerika Serikat (AS).

Pada studi yang dipimpin postdoctoral Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) Dr. Casey I. Honniball di NASA Goddard Space Flight Center, Maryland AS, mempelajari air di bulan dengan menggunakan data dari teleskop udara Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy atau SOFIA milik NASA.

Melalui pengamatan ini untuk pertama kalinya dalam sejarah mendeteksi air di permukaan bulan yang diterangi matahari.

Penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi air di bulan didasarkan pada tanda spektral kode batang atau barcode berbeda yang digunakan para ilmuwan untuk mengidentifikasi bahan, yang tercermin sebagai fungsi panjang gelombang.

Dalam data tersebut tidak bisa membedakan antara air dan hidroksil (molekul OH) yang terikat pada mineral di permukaan bulan. Melalui pengamatan baru ini peneliti menemukan tanda kimia unik air.

Para ilmuwan menemukan air di dekat Kawah Clavius salah satu formasi kawah terbesar di bulan, dan juga bagian lintang rendah Mare Serenitatis.

Para peneliti menemukan sekitar 100 hingga 400 bagian per juta air. Para ilmuwan berpendapat bahwa air ini kemungkinan "terjepit" di antara butiran di permukaan bulan yang melindunginya dari lingkungan.

Pada studi lain yang dipimpin Hayne yang sama-sama dipublikasikan 26 Oktober 2020 ini melalui website Nature, peneliti menggunakan data dari pesawat ruang angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter NASA di orbit sekitar Bulan untuk mempelajari distribusi perangkap dingin, dimana air bisa ada tidak hanya sementara tetapi secara permanen.

Peneliti menemukan berbagai macam perangkap dingin, termasuk "perangkap dingin mikro" yang berdiameter 1 cm, dan kemungkinan ada ratusan atau bahkan ribuan kali lebih banyak perangkap dingin mikro yang lebih kecil dari pada yang lebih besar.

Selain itu mereka juga menemukan bayangan permanen di kedua kutub.

Tim Hayne menemukan bahwa permukaan bulan seluas 40 km² berpotensi menahan air, yang berarti lebih dua kali lipat area yang sebelumnya diperuntukkan para ilmuwan untuk air es di bulan.

Sifat menarik dari perangkap dingin adalah bahwa mereka bukan hanya area yang dingin dan teduh di mana air lebih cenderung berkumpul. Mereka sangat dingin sehingga air atau es akan terperangkap di sana untuk waktu yang lama hingga satu miliar tahun.

Sementara Hayne dan timnya menyatakan bahwa mereka perlu menemukan es ini dengan penjelajah atau misi awak untuk sepenuhnya memverifikasi keberadaannya.

Temuan baru ini dapat meneruskan misi manusia untuk tidak hanya mengembalikan astronot ke bulan tetapi juga untuk membuat perkemahan manusia jangka panjang di permukaan Bulan sebagai tempat pembuktian dan titik lompatan ke Mars.

"Jika kita benar, air akan lebih mudah diakses untuk air minum, untuk bahan bakar roket, semua kebutuhan air NASA. Astronot mungkin tidak perlu masuk ke dalam bayang-bayang gelap yang dalam... Mereka bisa berjalan-jalan dan menemukan satu [perangkap dingin] yang lebarnya satu meter dan kemungkinan besar akan menyimpan es," ungkap Hayne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement