Advertisement
Pelarungan Jenazah ABK WNI Kapal China Tak Penuhi Syarat

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pelarungan tiga jenazah ABK asal WNI pada Kapal Longxing 629 tidak memenuhi syarat dan melanggar aturan. Hal tersebut disampaikan Margono-Surya & Partners.
Pengacara David Surya mengemukakan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika jenazah ingin dilarungkan ke laut (burial at sea) pada saat meninggal dunia di atas kapal. Hal itu sesuai aturan Pasal 30 dalam Seafarer's Service Regulation dari ILO atau Organisasi Buruh Internasional.
Advertisement
Untuk merealisasikan itu, dia mengatakan aturan itu mensyaratkan kapal tengah berlayar di perairan Internasional, ABK meninggal lebih dari 24 jam atau kematian disebabkan karena infeksi, kapal tidak bisa menyimpan jenazah atau pelabuhan entri melarang kapal untuk menyimpan jenazah, dan terakhir ada surat keterangan kematian yang telah dikeluarkan oleh dokter kapal.
"Kapal Longxing 629 ini kan tidak hanya mancing tuna saja, tetapi juga sirip hiu. Berarti mereka ini sebenarnya punya fasilitas untuk penyimpanan jenazah dan tidak seharusnya dilarungkan," tutur David di Bareskrim Polri, Jumat (8/5/2020).
David juga mengatakan bahwa dirinya mendapat informasi bahwa keempat ABK asal WNI yang telah meninggal dunia tersebut, sempat sakit selama 18 hari di atas kapal. Namun, mereka tetap diharuskan bekerja.
"Selama 18 hari itu kan mereka punya waktu yang cukup untuk memindahkan ABK ke Rumah Sakit atau minimal bersandar dulu. Tetapi ini kan malah didiamkan hingga akhirnya meninggal dunia," kata David.
Seperti diketahui, ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal itu diwajibkan agar bekerja dan berdiri selama 18 jam per hari. Untuk waktu istirahat per harinya hanya 6 jam untuk mandi, makan dan duduk di kapal.
"Jika ABK asal Indonesia ini mau minum, mereka juga harus minum air dari sulingan air laut. Jelas itu tidak sehat dan mengundang penyakit," katanya.
Kanal berita televisi berbahasa Korea, MBC, menayangkan tentang jenazah ABK Indonesia yang dibuang ke laut dalam video yang ditayangkan pada Selasa, 5 Mei 2020. Jang Hansol, warga negara Korea yang fasih berbahasa Indonesia menerjemahkan berita itu.
Hansol mengatakan ABK asal Indonesia diduga dipaksa berdiri untuk bekerja selama 18 jam sehari. Mereka juga tak diberi minum yang layak, melainkan air laut yang difilter. ABK yang meninggal pun dibuang ke laut.
Kementerian Luar Negeri membenarkan adanya konten video itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan insiden itu terjadi di perairan Selandia Baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
Advertisement

Jadwal Bus Sinar Jaya dari Jogja ke Pantai Parangtritis Bantul dan Pantai Baron Gunungkidul, Cek di Sini
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Palestina Minta Internasional Desak Penghentian Kekerasan oleh Pemukim Israel di Tepi Barat
- Hujan Ringan Selimuti Sejumlah Kota Besar Hari Ini Senin 30 Juni 2025
- Paket Makan Bergizi Gratis Selama Liburan Sekolah, dari Roti, Telur, hingga Buah
- Iran Kirim Surat ke PBB, Minta AS dan Israel Tanggung Jawab atas Agresi
- Donald Trump Sebut Iran Punya 4 Situs Nuklir Utama
- Polda Lampung Tindak 693 kendaraan ODOL
- Guru Ngaji di Jaksel Cabuli 10 Santri Perempuan, Begini Modusnya
Advertisement
Advertisement