Advertisement

Habibie dan Gus Dur Seirama soal Demokrasi dan Reformasi

Newswire
Kamis, 12 September 2019 - 20:37 WIB
Bhekti Suryani
Habibie dan Gus Dur Seirama soal Demokrasi dan Reformasi Patung kepala BJ Habibie yang tengah on progress oleh dua orang seniman Bantul, Sabtu (24/11/2018). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Sosok mantan presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid selama ini dikenal sejalan soal demokrasi.

Yenny Wahid menyebutkan sosok BJ Habibie memiliki titik temu dengan ayahnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), terutama dalam semangat mengusung reformasi dan demokrasi.

Advertisement

"Ya, dari dulu Gus Dur dan Pak Habibie sering sekali bertukar pikiran, berdialog. Di situ memang terlihat bahwa beliau nyambung, dua-duanya nyambung, apalagi dalam semangat mengusung reformasi, mengusung demokrasi," katanya, di Jakarta, Kamis (12/9/2019).

Hal itu disampaikan pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu usai menghadiri upacara pemakaman Presiden ke-3 RI BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

Kebetulan, Yenny beberapa kali mendampingi mendiang Gus Dur ketika berkunjung ke kediaman Habibie maupun dalam berbagai kesempatan mereka berdua bertemu.

"Beliau juga sama-sama orang yang punya komitmen untuk memberikan kebebasan berpendapat seluas-luasnya di Indonesia, untuk membuka ruang bagi demokrasi di Indonesia," katanya.

Walaupun, kata dia, mereka berdua juga menjadi korban dari demokrasi, yakni sering kali dikritik dan disalahpahami langkahnya, tetapi tetap ikhlas menjalaninya.

"Ini adalah ciri dari seorang negarawan. Nah, Pak Habibie sendiri yang membuat saya merasa beliau pantas sekali menjadi inspirasi bagi kita semua," katanya.

Di mata Yenny, Habibie juga sosok yang totalitas dalam segala hal, termasuk mencintai istrinya, Ainun Habibie dengan penuh totalitas hingga akhir hayatnya.

Tetapi, kata dia, Habibie juga sangat total ketika mencintai profesinya sebagai seorang ilmuwan, dengan banyak sekali penemuan yang diberikan kepada dunia, bukan hanya kepada Indonesia.

"Sampai sekarang teknologi yang ditemukan Pak Habibie dipakai oleh banyak perusahaan pesawat terbang. Beliau tidak merasa, penemuannya harus perlu dipatenkan. Yang paling penting teknologinya bisa membantu umat manusia," ungkapnya.

Yang ketiga, kata Yenny, Habibie mencintai negara ini dengan sepenuh hati.

Yenny ingat sempat ngobrol panjang lebar dengan Habibie pada Juli lalu, ketika Habibie baru saja keluar dari rumah sakit.

"Kemarin ketika dua hari sebelum Pak Habibie wafat, Alhamdulillah, kami sempat menjenguk beliau di RS dan bagi saya pribadi bersyukur dapat kesempatan untuk mencium beliau, perpisahan untuk terakhir kalinya," katanya.

Bagi Yenny dan keluarga, sosok Habibie dan keluarga sudah sedemikian dekat sehingga kepergian Habibie juga dirasakan Yenny sekeluarga.

"Kebetulan, kami sangat dekat dengan Mas Ilham sehingga kehilangan ini bukan cuma kehilangan Mas Ilham dan keluarga, Mas Thariq, tetapi juga kehilangan kami," kata Yenny.

Sementara itu, Shinta Nuriyah Wahid, istri Presiden ke-4 RI, yang juga ibunda Yenny menyebut Habibie sebagai sosok yang sangat tulus.

Shinta juga sempat menjenguk Habibie ketika sakit sebelum sakit yang sekarang ini dan Habibie menyampaikan keinginannya ikut program sahur keliling.

"Pak Habibie justru tertarik dengan kegiatan saya dan mau ikut sahur keliling bersama saya. Saya pulang sampai dibawain sekotak kurma," kenangnya.

Presiden RI ke-3 BJ Habibie wafat pada usia 83 tahun di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto Jakarta Rabu pukul 18.05 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement