Advertisement
Kisah Suwandi, Penjual Nasi di Tengah Bentrok Massa..

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Masker hitam menutupi wajah Suwandi. Dari balik kegelapan, yang terlihat hanya olesan pasta gigi yang melingkari pipi dan dahinya untuk meredam pedasnya gas air mata.
Hal ini dia gunakan untuk berlindung dari kepulan asap gas air mata, yang ditembakkan aparat kepolisian pada massa Aksi Demo 22 Mei, Rabu (22/5/2019) malam, sepanjang jalan Thamrin hingga kantor Bawaslu RI.
"Makan dulu, mas. Diisi dulu perutnya," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (22/5/2019) sembari membuka masker hitamnya, ramah pada setiap yang lewat di depan kantor Kemenkomaritim, tempatnya berjualan.
Apabila kurang cermat, kehadiran Suwandi jelas sulit disadari. Di samping massa aksi yang mondar-mandir berteriak 'maju', 'tahan', sambil sesekali melempar sesuatu, rambut putih Suwandi beserta tumpukan box sterofoam di sampingnya, kemungkinan besar kita acuhkan.
Ya, Suwandi menjual nasi kotak dengan harga Rp10.000. Tetapi, daripada memikirkan harga, Suwandi jelas seorang pahlawan di antara massa aksi yang kelelahan atau orang-orang yang belum berbuka puasa.
Ketika berbincang dengan Bisnis, box sterofoam yang berisi sekepal nasi, tiga butir baso, sayur buncis, dan irisan Bandeng itu telah tersisa 50 kotak. Suwandi mengaku membawa hampir 200 kotak dari rumahnya di bilangan Bekasi.
"Waktu ramai [demo Bawaslu] kemarin saya juga jualan mas. Alhamdulillah, habis, sampai sahur masih ada saja yang beli," ungkapnya.
Pengalaman ini nyatanya terbukti. Dengan gestur yang tenang, Suwandi tak pernah beranjak, sejak ramai dentuman mercon dan gas air mata tepat di depan wajahnya, hingga sepanjang jalan Thamrin steril disisir Barikade Sabhara dan Brimob Polri.
Di samping berjualan, Suwandi pun mengurusi massa aksi, minimal melontarkan perhatian pada setiap yang ingin beristirahat.
Bahkan, ketika barikade mulai mendekat, dirinya ikut mengingatkan aparat keamanan yang hampir emosi saat menggiring massa yang tersisa. Beruntung, tak ada persekusi dilakukan aparat kepolisian di depan matanya.
"Loh, saya kan jualan. Kalau saya ya, santai saja, masa mau ditangkep," celetuknya ringan, sembari menghisap sebatang kretek.
Suwandi mengaku tak akan pulang ke rumah hingga menjelang sahur. Suwandi berharap suasana bisa kondusif setelah sempat memanas sejak maghrib, setelah waktu berbuka puasa.
Tetapi, apabila massa dan aparat kembali saling berhadapan, Suwandi justru akan menghampirinya. Sekadar menghabiskan dagangan, dengan memberikan secara cuma-cuma nasi dan lauk yang tersisa, rasanya sudah cukup membuatnya bahagia.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
Advertisement

Liburan Sekolah, Desa Wisata Bisa Menjadi Tujuan Alternatif Berwisata di Gunungkidul
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Paket Makan Bergizi Gratis Selama Liburan Sekolah, dari Roti, Telur, hingga Buah
- Iran Kirim Surat ke PBB, Minta AS dan Israel Tanggung Jawab atas Agresi
- Donald Trump Sebut Iran Punya 4 Situs Nuklir Utama
- Polda Lampung Tindak 693 kendaraan ODOL
- Guru Ngaji di Jaksel Cabuli 10 Santri Perempuan, Begini Modusnya
- Satgas Pangan Panggil Produsen 212 Merek Beras Nakal Hari Ini
- Langgar Hukum Internasional, Indonesia Kecam Serangan ke Iran
Advertisement
Advertisement