Advertisement

TKN: Neno Sedang Terjerat Fanatisme Politik

Newswire
Sabtu, 23 Februari 2019 - 17:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
TKN: Neno Sedang Terjerat Fanatisme Politik Neno Warisman. - Okezone/Herman Aminuddin

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA--Penyataan aktivis #2019GantiPresiden, Neno Warisman dalam acara Munajat 212, di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019) disebut bukan sebagai doa, melainkan orasi politik berkedok agama. Hal itu dikemukakan oleh Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding.  

"Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu," demikian penggalan doa Neno Warisman saat acara Munajat 212.

Advertisement

"Bagi saya apa yang diucapkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2/2019) malam tidak pantas disebut sebagai doa. Melainkan cuma orasi politik yang bersifat pragmatis berkedok agama," ujar Abdul Kadir Karding melalui keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Sabtu (23/2/2019).

Menurut Karding, diksi yang dipilih oleh Neno terlihat menggiring opini publik pada satu wacana kelompoknya yang hanya menyembah Allah. Atas dasar itu, dirinya menilai jika Neno Warisman terlalu mudah menyimpulkan tema tersebut.

"Pertanyaan saya dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai ia bisa mengatakan jika pihaknya kalah maka tak akan ada lagi yang meyembah Allah?," ucapnya.

Maka dari itu, Karding menilai, Neno merupakan contoh yang gamblang dalam mereproduksi agama sebagai tujuan politik. Baginya, Neno Warisman lupa pada kenyataan bahwa Jokowi dan Maruf Amin juga didukung kalangan umat Islam.

"Ia menafikan kenyataan bahwa Pak Jokowi-Maruf didukung oleh begitu banyak kiai, santri pondok pesantren, umat Islam yang juga menjalankan salat, zakat, haji, dan berbagai kelompok lintas agama. Apa Neno merasa cuma dia dan kelompoknya yang menjalankan ibadah?," ujar Karding.

Lebih jauh, Karding menyebut bahwa setiap individu tak dapat melepaskan ketentuan yang telah digariskan Tuhan dalam aktivitasnya, termasuk saat berpolitik. Tapi, kata Karding, menjadikan nama Tuhan untuk tujuan politik seraya menggiring opini seolah lawan politiknya tidak menyembah Tuhan jelas merupakan hal mengggelikan.

"Apa Neno mengira bahwa surga dan Tuhan hanya untuk kelompok mereka? Kalau ada yang menganggap Neno terlalu fanatik agama bagi saya itu keliru. Karena orang yang fanatik agama berarti ia mengerti betul tentang nilai-nilai esensial yang diajarkan agama, seperti menghargai, menghormati, dan menjaga perasaan sesama manusia. Bukan mengklaim seolah kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah," ucapnya.

"Bagi saya Neno sedang terjerat dalam fanatisme politik. Ucapannya bukan saja mendiskreditkan kelompok yang berlainan politik dengannya, tapi bahkan juga berani mendikte dan mengancam Tuhan," tandas Karding.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 06:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement