Advertisement

Tanggapan Ketua PBNU Soal Puisi Neno Warisman: Tuhan yang Kita Sembah, Bukan Pilpres

Newswire
Sabtu, 23 Februari 2019 - 12:32 WIB
Nina Atmasari
Tanggapan Ketua PBNU Soal Puisi Neno Warisman: Tuhan yang Kita Sembah, Bukan Pilpres Neno Warisman - Bisnis/Sutarno

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Puisi Neno Warisman dalam acara malam Munajat 212 di Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019) malam  mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mempertanyakan kekhawatiran  Neno  Warisman tersebut. Robikin mengatakan, Tuhan yang disembah adalah Allah SWT, bukan pilpres.

Puisi itu berjudul 'Munajat 212'. Adapun potongan puisi tersebut berbunyi, "Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu".

Advertisement

Menanggapi hal tersebut, Robikin menyoroti makna 'menang' dan 'kalah' dari kalimat tersebut. Menurutnya, ajang pilpres hanyalah ajang lima tahunan, bukan sebagai kontestatasi kekeliruan.

"Mengandaikan pilpres sebagai perang adalah kekeliruan. Pilpres hanya kontestasi lima tahunan. Proses demokrasi biasa. Tentu akan ada yang dinyatakan terpilih dan tidak terpilih. Itulah mengapa konstitusi maupun regulasi lain tidak menggunakan istilah "menang" dan 'kalah", ujar Robikin melalui keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Sabtu (23/2/2019).

Oleh karena itu, Robikin pun mempertanyakan atas dasar apa Neno Warisman membacakan potongan kalimat tersebut. Hal tersebut lantaran kedua pasangan capres-cawapres beragama Islam.

"Lalu atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres-cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres-cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?," ujarnya.

Robikin pun menilai, kadar keimanan seseorang tak semudah itu untuk diukur. Oleh karena itu, dirinya pun kembali mempertanyakan pernyataan sang aktivis gerakan #2019GantiPresiden tersebut.

"Tak usah berusaha mengukur kadar keimanan orang. Apalagi masih terbiasa ukur baju orang lain dengan yang dikenakan sendiri," tambah Robikin.

Lebih jauh, Robikin berpendapat bahwa doa adalah sebuah bentuk hubungan transendental antara manusia dan Tuhan. Maka dari itu, doa harusnya dibawakan lebih santun sesuai ajaran Islam.

"Itulah mengapa Islam memberi guidance tata cara berdoa, yang antara lain dengan adab yang baik, dengan penuh sopan santun. Tentu juga tidak memanipulasi fakta," katanya.

"Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT. Bukan Pilpres. Bahkan bukan agama itu sendiri," Robikin menandaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Satpol PP Bantul Razia Rumah Pijat Tak Berizin

Satpol PP Bantul Razia Rumah Pijat Tak Berizin

Bantul
| Kamis, 16 Oktober 2025, 14:27 WIB

Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Wisata
| Senin, 13 Oktober 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement